Bab 49.

1.3K 98 3
                                    

"Bagaimana Mellisa, sudah kembali dari apartemen Alfred?" Begitu bicara Bastian di telepon.

"Anu Pak, dari tadi Mbak Mellisa belum keluar sejak masuk ke dalam apartemen."

Kening Bastian mengerut. Dia segera memutuskan sambungan telepon dan beralih ke nomor Mellisa.

Teman-teman satu klubnya sedang berlomba-lomba melempar dadu. Undian kali ini adalah mobil Range Rover Sports.
Sementara yang lain berminat, Bastian mulai gelisah.

Jam tangannya sudah menunjuk pukul hampir setengah 1 pagi. Berarti ada yang tidak beres sedang terjadi.

"Hoy, bro! Apa lagi yang lo tunggu? Giliran lo kocok dadu!" teriak Dewa, sahabat sesama pecinta mobil mewah.

"Gue ada urusan. Mendadak."

"Apa lagi? Siapa lagi?"

"Pokoknya gue pulang." Jawab Bastian meraih jasnya dan berlari secepatnya ke mobil.

Teman-temannya saling bertukar pandang. Tidak biasanya Bastian buru-buru seperti tadi. Mereka tahu Bastian paling bernafsu kalau urusan koleksi mobil mewah.

Bastian kembali menghubungi nomor Bayu, orang suruhannya.

"Siap, Pak?"

"Kamu yakin Mellisa masih di dalam?"

"Yakin, Pak. Mobil mbak Mellisa masih ada di parkiran. Dan Pak Alfred juga tidak terlihat keluar sejak mbak Mellisa datang."

"Oke." Bastian langsung menutup teleponnya dan menancap gas sampai ke tempat tujuannya.

Jantungnya berdebar tidak karuan, dia mulai curiga dan berpikir yang macam-macam. Ponsel Mellisa tidak dapat dihubungi lagi.

Bastian tiba tidak lama kemudian, dia bertemu Bayu terlebih dulu untuk menyerahkan amplop berisi uang atas jasanya. Setelah itu mereka berpisah.

Pemilik Apartemen Sunlit yang notabene adalah rekan sejawat Bastian semasa kuliah kaget saat bertemu Bastian disana. Ini momen yang sangat langka.

Pria itu bernama Edo. Selain teman kuliah sejawat, Bastian juga mengenalnya karena mereka adalah kompetitor proyek yang sekarang sedang mengincar tender senilai 2 Triliun. Keduanya berteman cukup baik dan menjadi saingan bisnis yang masing-masing saling membutuhkan.

Sebagai CEO Nirwana Grup, salah satu perusahaan raksasa di Indonesia, Bastian disegani karena terpilih sebagai kandidat pebisnis sukses termuda seAsia Pasifik selama 5 tahun berturut-turut. Edo paham betul, perusahaan mereka saling bekerja sama dan bersaing sehat serta saling membutuhkan.

"Hey, Bastian!"

"Hai, Do!"

"Ada apa subuh-subuh seperti ini, Bas?" Edo meneliti Bastian dari kepala sampai kaki.

Bastian segera berpikir cepat. "Aku harus masuk ke salah satu ruang apartemen. Tolong, bantu aku."

Edo mengernyit bingung. "What a surprise. Jam segini kamu mau nyelonong masuk ke dalam penyewa apartemen ku?"

"Aku benar-benar harus masuk. Ada... yang harus ku tolong."

"A woman?" Tebak Edo menggoda.

"Tolong profesionallah. Aku gak bisa masuk tanpa bantuan mu."

"Tapi ini melanggar hukum, Bas. Biar ku tahu dulu, siapa yang mau kamu tolong? Apa perlu bantuan polisi?"

"Pacar ku sedang disandera, Do." Jawab Bastian setengah mati menahan ego malu.

Edo hampir terbahak saat tahu Bastian mulai menggertakkan rahang tanda tak sabaran.

"Fine. Oke, biar ku bantu kamu. Aku akan minta security dan pihak resepsionis mengambilkan kunci cadangan."

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang