Bab 25.

1.7K 105 12
                                    

Tetti saling bertukar pandang dengan Helmy saat melihat Mellisa dan Alfred keluar dari kamar.

"Pengantin baru kita sudah bangun, hmm... Pagi Mell, Pagi Fred."

"Selamat pagi, Pa, Ma," Alfred yang menjawab.

"Yuk sarapan nasi goreng buatan Mbak Prita." Tetti mulai membuka piring.

"Mbak Pritanya mana, Ma?" Mellisa melihat kiri dan kanan.

"Udah keburu pulang. Katanya nanti sore habis jemput Mas Ruben ke bandara bakalan balik lagi kok."

Mellisa tidak berkomentar lagi.

"Kamu ke klinik ya, Fred?"

"Iya nih, Ma. Tapi buka setengah hari." Jelas Alfred tersenyum.

"Hmm... iya deh."

Pagi itu, mereka sarapan seperti biasa. Cuma Helmy yang sesekali menyanggah pembicaraan karena tertarik tentang pekerjaan Alfred, menantu baru mereka.

Mellisa berubah kalem sejak saat itu. Tetti melihat perubahan sikap Mellisa. Dia tadinya mengira kalau Mellisa lebih semakin cerewet. Apalagi menyangkut kehadiran Alfred. Tapi sepertinya hari pertama Mellisa sesudah menikah malah membuat putri bungsunya itu berubah.

Saat Mellisa menolong Tetti mencuci piring dan membereskan dapur, dia menghampiri anaknya itu.

"Kok Mama perhatiin kamu diem-diem aja daritadi, Mel?"

Mellisa tergelak sesaat, "Diem-diem gimana sih, Ma?"

"Ya, kayanya kamu gak ceria seperti biasa. Kenapa? Malam pertamanya gak sukses?"

Ditanya seperti itu, piring di tangan Mellisa mendadak jatuh ke wastafel.

"Ya ampun!" Pekiknya.

"Ya ampun Mell, hati-hati dong nak!" Tetti segera melihat.

"Gak papa kok, Ma."

Tetti mendesah, "Udah sana. Kamu istirahat aja deh. Biar Mama yang kerjakan."

"Mellisa bisa kok, Maaa..."

"Udaah, sana, sana," Tetti mendorong badan Mellisa menjauh.

Sebentar dia melihat punggung Mellisa yang berbalik jalan meninggalkan dapur, firasatnya berkata lain tentang Mellisa.

Hari pertama sebagai istri Gunawan ternyata tidak seenak pikiran Mellisa. Dia sendirian dikamar, harus sabar menunggu Alfred pulang nanti siang. Kejadian tadi malam masih membekas diingatannya. Malam pertamanya justru gagal.

Dia bangun pagi tadi cuma menyiapkan pakaian Alfred untuk berangkat ke klinik. Setelah mandi, mereka menyusul ke meja makan untuk sarapan. Percakapan mereka dimeja makan bahkan seadanya saja. Begitu selesai dia mengantar Alfred. Mellisa mendengus dikamarnya, menatap nanar kamar ini.

Percuma dihiasi ornamen begitu romantis seperti semalam, Mellisa bahkan tidur terpisah dengan Alfred. Ironisnya, dia tidak bersemangat untuk meminta Helmy menyediakan perjalanan bulan madunya lagi.

Daripada murung, Mellisa mulai membersihkan kamar dari segala kelopak mawar yang berserak tadi malam. Balon-balon dikempeskan dan dia mulai merapikan barang-barang Alfred.

Apa kabar ponselnya sekarang? Dia bahkan tak mau meminta ponselnya lagi. Alfred sudah berjanji untuk membelikannya ponsel baru. Tapi sudah seminggu pria itu tak juga membelinya. Bahkan kini kartu ATM nya beralih ke tangan Alfred. Dia benar-benar bosan.

Seminggu hidup tanpa ponsel membuat Mellisa merana. Dia kehilangan kontak dari teman-temannya, menunggu Alfred untuk menepati janjinya. Harusnya dia minta saja ponsel itu dari Bastian saat mereka bertemu di pesta semalam!

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang