Bab 36.

1.5K 105 6
                                    

Hari sudah pagi ketika Bastian terbangun dari tidurnya. Semalam dia tidak berhasil membujuk Mellisa untuk bicara berdua setelah kejadian bercumbu paksa. Alhasil, dia pingsan di depan kamar wanita itu karena tidak sanggup basah diguyur hujan berjam-jam.

"Kamu sudah bangun, Bas?" Tetti yang pertama dia lihat. Wanita itu pula yang menyiapkan sarapan buburnya kali itu.

"Tante?" Bastian kebingungan.

"Sudah-sudah, gak usah bangkit dulu. Kamu mau cari Mellisa kan? Sebentar biar tante panggilkan. Kamu tunggu disini."

Bastian mengerjap dan mengerang ketika mencoba duduk bersandar. Dia menyadari kalau sekarang pakaian yang dikenakannya sudah bukan pakaian yang sama. Juga keadaannya yang mulai agak pening.

Mellisa muncul di ambang pintu dengan nampan berisi obat dan segelas air.

"Kamu pingsan di rumah ku, jadi aku terpaksa tolongin kamu."

"Aku minta maaf, Mell." Itu yang pertama Bastian sampaikan.

"Kamu memang akan terus-terus repotin aku."

"Mell," Bastian menyentuh tangan Mellisa sekilas, namun segera ditepis Mellisa.

"Sebaiknya kamu harus mulai jauhin tangan kamu dari ku, Bas."

Bastian cuma bisa menghela nafas saja, wanita ini bukanlah Cinderella yang lemah lembut. Dia ketus dan begitu dingin.

"Maaf aku repotin kamu terus."

"Minumlah obatnya. Setelah itu kamu pulang." Jawab Mellisa enggan berada di dekat Bastian lebih lama.

Semakin dia berada di sekitar Bastian, perasaannya gelisah dan salah tingkah. Mungkin pria ini membawa dampak buruk untuk kesehatan jantungnya.

Mellisa telah keluar dari kamar itu. Dan dia merasa lega. Melihat pria itu mengingatkannya pada kejadian itu lagi.

"Loh, Bastian sudah selesai makannya Mell?" Tetti muncul tiba-tiba ketika melihat Mellisa di dapur. Tadinya dia akan menyulang pria itu, tapi Mellisa tidak melakukannya.

"Dia cuma pingsan, Mah. Dia masih bisa pakai tangan sendiri untuk makan." Balas Mellisa.

"Kamu ini gimana sih!? Bukannya cari muka di depan Bastian malah cuek! Kamu lupa Alfred buat apa ke Bastian, Mell!?" Tetti sontak menghardik.

Mellisa menarik nafas, "Mellisa gak bisa, Ma!"

"Gak bisa kenapa apanya!? Kamu tahu sendirikan Alfred di tahan gara-gara apa!? Harusnya kamu bujuk-bujuk Bastian, bersikap baik, gimanapun kamu harus bisa bujuk Bastian. Kamu ngerti kan!?"

Mata Mellisa mulai berkaca-kaca.

"Bastianh-"

Bastian meremas dadanya lagi lebih kencang, menempelkan badan mereka ke pintu kulkas, membuat badan mereka bergesekan.

Mellisa menarik nafas lagi. Peristiwa semalam kembali terulang dalam ingatannya. Dia tidak bisa mengenyahkan ingatan itu. Hatinya terluka karena pria itu. Dia melakukan sesuatu yang bahkan Alfred tak pernah lakukan padanya.

Mellisa tidak menjawab kata-kata Tetti lagi, dia hanya berjalan melewati Tetti.

"Mell? Mellisa?" Tetti memanggilnya. Namun Mellisa terus berjalan.

Dia hanya tak bisa mengatakan jika antara dirinya dan Bastian tidak wajar.

Mellisa akan masuk bermaksud melihat pria itu dikamar kembali, namun saat pintunya terbuka, dia justru menyaksikan pria itu membuka baju.

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang