Bab 9.

2.4K 179 7
                                    

"Tentang yang tadi malam, aku mau bilang terimakasih." Mellisa berdiri gugup secara aneh di depan Bastian.

"Gak papa, lagian sudah sepantasnya aku menolong wanita."

Mellisa tersenyum. Ternyata pria ini bisa juga jadi baik.

"Mellisa?"

Bastian dan Mellisa sama-sama menoleh ke pintu. Alfred berdiri dengan panik disana.

"Kamu gak papa?" Alfred segera mencek dari atas kepala sampai kaki Mellisa.

"Alfred? Jangan berlebihan gitu dong." Lirih Mellisa bicara. Enggan atas perhatian Alfred. Lagipula urusan tadi malam di apartemen laki-laki itu belum selesai.

"Kalian mau ngomong silahkan diluar." Bastian menginterupsi.

Alfred melihatnya tajam. Seakan memberi kode kalau mereka perlu bicara berdua. Hati siapa yang tak panas tahu pacarnya menginap di rumah musuh bebuyutannya?

"Saya permisi, Pak." Mellisa masih bersikap formal.

Bastian duduk bersiul senang di bangku putar kerjanya. Ternyata enak juga mempermainkan hubungan orang lain.

Ini masih permulaan, janji Bastian dalam hati.

Sementara di koridor sambil berjalan, Mellisa dan Alfred terlibat pembicaraan serius.

"Kenapa kamu bisa sama Bastian?"

"Kamu gak sadar ya? Harusnya aku yang marah!" Mellisa balas membentak.

"Kamu kenapa sih? Harusnya kamu yang jelaskan semua sama ku!"

"Oh ya? Terus istri mu? Apa dia tahu kamu kemari?"

Alfred mengernyit bingung. "Istri? Kamu ngaco ya?"

"Halah! Kamu gak usah sok begok! Aku sudah di apartemen kamu sampai hampir tengah malam. And guess what, istri kamu yang bernama Amelia itu melihat ku seperti tampang pelakor. Sebenarnya kamu anggap aku apa, Fred?"

"Tunggu! Kamu yang ngomong apa dari tadi aku gak ngerti. Istri? Siapa yang punya istri? Kamu calon istri ku! Kamu dan aku yang akan nikah! Tapi kamu malah nginap di rumah laki-laki lain."

Mellisa mulai kehabisan kesabaran. "Kamu tahu, aku kecewa dengan ini Fred." Mellisa berjalan mendahului dengan cepat.

"Mel! Tunggu! Kita belum selesai bicara! Aku salah apa! Oke, tentang semalam aku memang lembur! Dan maaf gak mengabari kamu karena ponsel ku memang sedang lowbat. Tapi gak berarti kamu jadi balik nuduh aku yang enggak-enggak dan malah minum sampai mabuk sama pria lain! Itu murahan, Mell!"

Mellisa terdiam. Dia berhenti berjalan. Dia bilang apa? Murahan?

"Jadi sekarang kamu nuduh aku yang berselingkuh sama Pak Bastian?"

Alfred mendengus. "Kamu tahu aku gak suka ada pria lain dekat sama kamu."

Mellisa mendecih. Jadi selama ini memangnya dia juga suka ada wanita lain di dekat Alfred? "Kamu pikir aku gak makan hati terus-terusan bersabar menghadapi pekerjaan kamu dan klien-klien tolol kamu!?" Dia jadi tak sadar ikut menaikkan suara.

"Haa! Terserah! Aku capek bertengkar terus sama kamu!" Alfred malah pergi dan tersulut emosi.

Mellisa mendengkus. Mengapa sekarang semua berbalik menyalahkannya?

Bastian berdehem tiba-tiba ketika Mellisa duduk di kursi koridor sendirian.

"Sudah selesai bicaranya?"

"Pak Bastian?" Mellisa berubah salah tingkah.

"Kamu belum sibuk kan?" Tanyanya.

"Harusnya aku akan balik ke kantor."

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang