Tiket pesawat menuju Switzerland sudah berada di tangan Mellisa. Dengan segala harapan dan cita-citanya tentang tempat itu, dia siap memulai perjalanan hidup barunya kelak bersama Alfred. Namun pagi itu justru bernasib naas.
Sebuah amplop dengan segel emas berlambang timbangan mampir di teras rumah Mellisa. Tetti yang pertama kali menemukannya segera syok. Disana jelas tertulis nama Alfred, menantunya yang baru seumur jagung.
"Mell! Mell!" Panggil Tetti kuat-kuat.
Mellisa yang kala itu sedang menyeret koper keluar, langsung mendapati Tetti.
"Ada apa sih, Ma?"
"Alfred mana? Mana Alfred?"
"Al-Alfred lagi dikamar, lagi mindahin barang yang lain mau di-"
"Ini. Ini surat, surat dari pengadilan!" Potong Tetti.
Mellisa segera merampas suratnya dan membukanya dengan cepat. Seluruh aliran darahnya segera merosot.
"Apa isi suratnya, Mell? Apa?" Tuntut Tetti penasaran.
Alfred yang melihat mereka berdua berdiri di teras memegang sesuatu, langsung ikut nimbrung.
"Ada apa, Ma? Mell?"
Mellisa dan Tetti spontan berputar badan melihatnya.
"A-ada surat. Buat kamu." Jawab Mellisa gagap.
"Kok dibuka?" Tanyanya dongkol. Tapi segera terdiam sesaat membaca isinya.
"Mama masuk ke dalam dulu ya," segera Tetti menyingkir. Dia tidak mau ikut campur dan menambah runyam.
"Brengsek!" Maki Alfred spontan. Dia juga tak luput meremas kertasnya dan melemparnya asal ke bawah.
Mellisa yang berdiri dengan steady bersiap berangkat mendadak lesu.
"Kamu... ada masalah apa sama Bastian, Fred?" Mellisa bertanya pelan.
"Halah!" Desis Alfred. "Ini semua gara-gara kamu! Kalau aja kamu gak pernah kenal dengan dia, gak akan aku dapat masalah begini!" Bentaknya.
Prita yang mendengar omongan Alfred kian kasar tersulut emosi.
"Ada apa ribut-ribut?"
Alfred berubah salah tingkah, tanpa menjawab, dia langsung melarikan diri. Prita memandangi Mellisa yang cuma berdiri dengan pasrah diperlakukan demikian.
"Mell? Kamu diapai sama Alfred?"
"Oh, enggak, Mbak. Aku gak papa." Mellisa sengaja tersenyum untuk menutupi kecurigaan Prita.
"Tapi tadi..?"
"Aku nyusul Alfred dulu ya, Mbak." Mellisa segera melarikan diri dan ikut mengejar Alfred ke kamar.
Prita dan Tetti saling berpandangan. Ada apa dengan Mellisa dan Alfred?
Alfred berdiri dengan gelisah sambil berupaya menelepon seseorang saat Mellisa masuk.
"Lihat kan? Kamu puas sekarang?" Alfred segera menyosornya dengan tuduhan begitu.
"Aku salah apa lagi sih, Fred!?"
"Salah apa lagi? Salah apa lagi kata mu!?" Suara Alfred naik. "Kamu jangan tolol ya! Kamu gak bisa baca isi surat tadi, ha!? Selingkuhan mu itu sengaja lapor aku ke polisi dengan bermacam tuduhan. Dimana harga diri ku di depan mama mu, ha!? Dimana!?"
Mellisa menahan nafasnya beberapa detik. Rasanya sesak di dadanya makin parah.
"Kalau aja dari awal kamu gak cari masalah dengan si brengsek itu, aku gak akan dapat masalah terus menerus!" Tambah Alfred.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prime Project
RomanceNOVEL DEWASA. 2020. Qeryana Grail. Indonesia. Copy Rights. Mellisa Subroto berusaha bisa mewujudkan pernikahan impiannya. Gaun yang cantik, dandanan memukau, pasangan tercinta, juga janji sehidup semati. Lalu waktu itu datang, ketika pria yang dicin...