Bab 26.

1.5K 122 15
                                    

Sekarang masih menjelang siang hari, Mellisa berharap waktunya cukup sebelum dia kembali pulang ke rumah.

"Mana kuncinya?" Bastian meminta ketika mereka sudah sampai di depan mobil.

"Buat apa? Aku bisa nyetir."

"Percayalah, pria gak suka wanita yang membawakan mobil untuknya saat mereka kencan."

Mata Mellisa membulat. "Kencan, Bas? Aku kira pikiran mu semakin terganggu sejak kamu pingsan."

Bastian melangkah maju, "Aku gak bawa wanita ke apartemen ku selain untuk kencan."

"Aku bukan salah satu wanita kamu, Bas!" Desis Mellisa melipat tangan.

"Kamu jangan keras kepala. Aku cuma bercanda, Mell. Jadi, biarkan aku yang menyetir."

"Fine."

Mellisa mengambil kunci mobilnya dalam tas. Dia tidak mau berdebat sekarang. Lebih baik dia mengalah karena berdebat sama saja dengan mengulur waktu. Sebentar lagi sudah siang, Alfred akan pulang.

Begitu mereka sudah naik mobil, Bastian kembali merongrongnya.

"Karena aku belum makan bubur yang tadi kamu beli, gimana kalau kita makan siang dulu? Anggap saja sebagai ucapan terimakasih karena kamu udah nolongin aku dan ganti rugi buat bubur itu."

"Enggak, Bas. Aku gak bisa."

"Oh ya? Kenapa? Waktu mu mepet?"

Mellisa menggigit bibirnya. "Aku ditunggu pulang siang ini."

Kening Bastian berkerut, "Alfred?"

"Iya kan?"

"Ck,"

Mereka berdua saling terdiam. Sampai Bastian sudah menghentikan di depan gerai restoran, Mellisa cuma menghela nafas.

"Kenapa kamu suka ngatur-ngatur aku, Bas? Kamu maksa aku terus-"

"Kamu cerewet, hmm?" Potong Bastian menarik tangannya segera memasuki gerai.

Mellisa mendecak saat pelayan menyediakan dua porsi makan siang untuk mereka. Dua nasi rendang beserta embel-embelnya, membuat Mellisa tercengang.

"Kenapa diam?"

"A-aku..."

"Kamu gak suka rendang?"

"Aku cuma... aku pikir kamu..."

Suara seruput kuah sayur segera terdengar ditelinga Mellisa. Mellisa bergidik. Demi apa seorang pria tampan-yang mampu membuat wanita rela membuka baju-seperti Bastian menyeruput kuah sayur seperti itu?

Mellisa spontan tertawa. Mata mereka saling melihat. Bastian sudah mengunyah makanannya dengan santai. Jasnya sengaja dibuka, bahkan berani makan dengan tangannya. Ini adalah fakta yang mengejutkan.

"Kamu bisa masak rendang?" Bastian segera bertanya.

"A... Aku bisa tapi-" Mellisa masih tak habis pikir bagaimana seorang CEO Nirwana Grup yang punya tampang parlente bak pangeran makan lahap dengan tangan seperti itu.

"Bagus. Kamu lulus jadi calon istri ku."

Uhuk uhuk.

Mellisa terbatuk cepat dan menjatuhkan sendok makannya tak sengaja.

"Kenapa kamu masih jaim? Makan pakai tangan mu, Mell."

Mellisa mangap di tempat duduknya kala Bastian menyodorkan sesulang nasi ke hadapannya.

"Kamu belum cuci tangan, Bas?" Mellisa bergidik.

"Memangnya aku megang yang jorok dari tadi? Ngapai mesti cuci tangan? Seingat ku di rumah sakit, aku cuma megang tangan mu. Apa tangan mu kotor?"

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang