Bab 47.

1.7K 106 4
                                    

Pagi ini apartemen 205 terlihat sepi. Sudah dari semalam Ratna mencoba menghubungi Bastian. Tapi teleponnya tak kunjung dijawab dan sepertinya dia akan menemui saja pria itu langsung, berharap dia bisa bicara padanya.

Sayangnya, sesuatu yang tampak tenang diluar tidak berarti sama seperti di dalam. Seperti halnya apa yang terlihat diluar belum tentu sama seperti di dalamnya. Sebab pagi ini, seisi ruang apartemen Bastian tahu apa yang terjadi di dalam kamar itu.

Kedua sejoli yang dilanda cinta tengah bergulat intim di atas ranjang. Sejak tadi malam, Bastian sudah tiga kali menggagahi Mellisa tanpa ada niat untuk menyudahi. Oleh karena itu, semua akses komunikasi yang masuk kepada mereka terputus.

Badan Bastian terlihat perkasa dan berkuasa. Bercinta tidak pernah sememuaskan ini sebelumnya. Bila dia kelelahan, mereka menyudahinya dan melanjutkannya kemudian. Mereka tidak meninggalkan ranjang sejak percintaan panas mereka dimulai.

Rintihan Mellisa mulai semakin memelan. Sejak semalam dia memohon untuk diberi waktu istirahat beberapa jam. Tapi Bastian punya kekuatan yang ajaib. Rasanya dia belum cukup dengan orgasme ketiganya dan berlanjut hingga kini.

"Bas, aku capek, plis..."

"Ini yang terakhir, janji."

Mellisa tidak berdaya lagi, jadi pasrah saja ketika Bastian memulainya. Namun kali ini, dia tidak mampu mengimbangi kemauan Bastian. Dia benar-benar kelelahan.

Tapi bagi Bastian, pagi hari ini justru membuatnya bersemangat. Kecuali sekarang Mellisa hanya terkulai lemas, tidak lagi mampu bahkan untuk sekedar merintih. Kerongkongannya kering dan sepertinya pita suaranya juga mulai terganggu.

Mungkin Mellisa juga menikmati, namun sejujurnya dia ketakutan. Pria itu telah berulang kali orgasme di dalam dirinya. Susah payah dia membujuk Bastian agar berpikir rasional, tapi sepertinya Bastian enggan untuk mendengarnya.

Saat ini, Bastian masih menyapih di kedua dadanya. Entah untuk maksud apa, sebab Bastian telah membuat dadanya memerah disemua tempat.

Jika Mellisa sanggup menguraikan penyiksaan nya semalaman, maka kini dia bersedia. Sebab nyatanya, dia terlampau kelelahan.

Setengah jam Bastian bergerak mencari kepuasannya, dan kini mereka benar-benar menyudahinya.

Nanar Mellisa melihat satu titik. Tubuhnya bersembunyi tanpa sehelai benang dibawah selimut yang sama dengan Bastian. Pinggulnya terasa kebas dan tulangnya rasanya mau patah. Semalaman menahan berat badan Bastian membuat energinya habis berlipat ganda.

Pakaian mereka masih teronggok di lantai. Mellisa menoleh perlahan ke sebelahnya, menemukan Bastian kembali terlelap. Rasanya Mellisa lega bukan main. Kalau tidak, dia tidak bisa bayangkan harus bercinta marathon lagi.

Sejenak Mellisa mencari petunjuk waktu. Disebelah nakas, dia melihat waktu telah menunjuk pukul 8 di jam tangan milik Bastian. Dia ternganga tidak percaya. Ini efek pencahayaan remang semalaman hingga dia merasa waktu masih kelabu.

Dengkur halus Bastian lewat nafasnya terdengar di telinga Mellisa. Dia tidak percaya kini mereka dalam ranjang yang sama. Bahkan setelah persetubuhan non stop mereka.

Jika orang-orang mengatakan seks begitu nikmat, maka Mellisa akan senang hati menyanggah. Seks membuatnya kelelahan, nyeri di seluruh badan dan dia terbayang-bayang oleh ancaman hamil di luar nikah.

Perlahan tapi pasti, Mellisa bergeser dari samping Bastian. Pria itu tertidur pulas dan terlihat sangat angelic ketika tertidur. Sangat berbeda ketika dia menggempurnya habis-habisan semalaman. Mellisa jadi tersipu mengingat peristiwa semalam.

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang