Bab 7.

2.5K 185 9
                                    

"Sudah  Saya bilangkan, kalau Saya sedang ada kerjaan, tolong jangan diganggu?" Bastian memprotes tindakan Danny yang masuk.

"Maaf Pak, Saya sudah larang Beliau, namun Beliau itu tetap bersikeras mau masuk. Beliau mengatakan jika Bapak adalah sahabatnya dan tak akan keberatan untuk bertemu."

Sahabat? Sejak kapan Bastian punya sahabat? Terakhir kali dia berteman, dia cuma kebetulan bergabung dengan komunitas sesama pecinta mobil mahal. Contohnya, teman-temannya yang hadir di pesta perayaan ulang tahunnya.

"Suruh dia masuk." Akhirnya dia setuju.

Bastian hendak berdiri melihat sosok yang mengaku sahabatnya. Lalu segera mengernyit datar. Jadi tamunya sosok kondang dokter itu?

"Lo." Ucapnya berubah dingin.

Segera ingatannya kembali pada sosok wanita ular yang menamparnya di acara ulang tahunnya. Bukannya pada kedatangan Alfred, musuh sejatinya.

"Gue gak mengganggu kan?" Alfred maju tersenyum.

"Jadi sejak kapan lo mengaku sahabat gue? Duduk."

Alfred duduk melihat-lihat ruang kerjanya. Ini terlalu fantastis dan mengada-ada. Juga jauh dari apa yang dia punya.

"Gue gak melihat lo sejak gue datang." Alfred menerka.

Bastian tersenyum mengejek. Jelas saja mereka tidak saling bertemu. Dia sibuk berkelahi di parkiran mobil bersama kekasih pria ini.

"Gue sibuk berkelahi dengan cewek itu. Siapa namanya, hmm... Mellisa!" Bastian tersenyum-senyum.

Alfred berubah tajam.

"Brengsek!" Alfred maju tiba-tiba menarik kerah kemejanya.

Bastian melotot cepat, terkejut atas tindakan Alfred.

"Woah! Easy, easy, easy lil' boy! Lepasin tangan mu!" Bastian mengecam.

Alfred menepis kerahnya dan kembali berdiri menenangkan diri.

"Apa begini sikap mu ke 'sahabat'?" Tanya Bastian mengejek.

"Jangan ganggu Mellisa."

"Apa? Mengganggu? Mellisa bukan tipe ku."

"Aku tahu kamu licik, Bas. Jadi bersikap gentle lah."

"Sungguh? Ku pikir dokter seperti mu tahu bagaimana mengajarkan etika yang baik kepada pacarnya di acara ulang tahun orang lain. Bukan malah membuat ku malu dan justru jadi tontonan orang-orang."

"Itu... Aku minta maaf atas nama Mellisa." Alfred melembut.

Bastian tertawa. "Tenang aja, Fred. Tanpa kamu datang kesinipun, Mellisa sendiri yang datang."

"Tapi karena kamu juga Mellisa dipecat." Sambung Alfred dingin.

"Aku? Yaudah, anggap saja kami impas." Bastian kembali duduk.

Alfred mendecih dalam hati. Tetap saja Bastian bersikap pongah.

"Jadi, apa yang membuat mu datang kemari menemui 'sahabat' mu ini?"

Alfred diam. Tentu saja, dia cuma mau memperingatkan Bastian tentang krisis keluarga yang memalukan.

"Tolong hentikan semua drama keluarga kita."

Bastian menatapnya lurus. Jangan ingatkan tentang itu. Dia sangat benci itu.

"Keluarga? Kita? Kita keluarga?" Bastian mulai berdiri lagi. Tangannya saling bersembunyi di saku celananya.

Alfred diam mewaspadai lanjutan ucapan Bastian. Dia melihat punggung Bastian tampak gagah dibalut setelan jas mahal. Alfred harus berjuang mendapatkan banyak pasien untuk bisa membeli setelan jas mahal seperti miliknya.

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang