Bab 35.

1.6K 111 7
                                    

Bastian merapat, mendesak badan mereka ke pintu kulkas. Saat tangannya berhasil lagi menemukan kedua buah dada Mellisa, saat itu juga terdengar suara lenguhan.

"Bastianh..."

Kepala Bastian turun ke lehernya, mengeksplorasi tengkuknya. Mellisa memejamkan matanya rapat, mengikuti tangan Bastian di atas payudaranya.

Dia membusung, seolah merelakan semuanya terjadi. Kabut gairah segera memuncak ketika Bastian makin bergerak liar. Tangannya rakus, menjamah dadanya dengan lincah.

"Bastian-kamuh-"

Bastian membungkam lagi mulutnya dan melumatnya dalam-dalam.

Mellisa gelisah, dia mau berontak. Dadanya digerayangi, diusap penuh damba bergantian. Berapa kali dia mendorong pria itu, tapi sepertinya dia lemas tak berdaya.

Bastian menemukan puncak payudaranya dan berputar-putar disana. Membuat Mellisa menggelinjang dan mengejang.

Ting.

Saat suara bel terdengar, keduanya spontan berhenti dan memisahkan diri.

Nafas Mellisa terengah-engah, dia segera berlari ke dalam toilet.

Bastian mengusap wajahnya. Dan meneguk air cepat untuk menetralisir gejolak dalam dirinya. Kemudian dia membukakan pintu apartemen.

"Mamah?" Tanya Bastian kaget.

"Hai, Bas! Apa kabar kamu, sayang?" Maria langsung memberi kecupan di pipi.

Bastian salah tingkah, "Mama mau apa?"

"Loh, pake nanya segala!? Ya mau titip Riko, dong!"

Bastian beralih ke anak balita yang berdiri di samping Maria.

"Papah!"

"Tapi Ma-"

"Gak ada tapi-tapi. Mama mau pergi." Maria dengan cepat meletakkan tas penuh perlengkapan Riko dan pergi dari sana.

Riko berjalan ke sofa sementara Bastian menutup pintu tidak mengatakan apa-apa lagi.

"Papah? Tanteh Mellih manah?"

Mellisa yang saat itu keluar dari kamar mandi kaget menemukan balita itu. Dia adalah anak Fredrick Dermawan itu. Anak ini adalah anak dari pelaku pelecehannya di masa lalu. Dan sekarang jadi anak dari pelaku pelecehannya dimasa kini.

"Tante Mellih!" Teriak Riko senang buka main.

"Riko?" Sapanya kaget. "Ha-hai." Mau tidak mau dia tersenyum. Meski kini dia salah tingkah di depan Bastian.

"Aku akan balik kerja. Kalian bisa main sama." Bastian memilih menghindar saja. Bagaimanapun peristiwa barusan masih membuatnya berhasrat pada Mellisa.

Mellisa sedikit lega, setidaknya tidak perlu ada yang dibicarakan diantara dirinya dan Bastian tentang peristiwa tadi. Biarkan saja semuanya seolah tidak terjadi apa-apa. Pria itu tidak akan mau mengakui perbuatannya.

Riko dan Mellisa bermain di sofa layaknya balita dan pengasuh. Mereka tidak perlu memanggil Bastian di dekat mereka. Karena Mellisa masih malu dengan peristiwa tadi.

"Ngeeng... Ngeeng..." Riko mengangkat pesawat mainannya ke udara, memperagakan layaknya pesawat terbang di udara.

Mellisa meringis, balita ini memang persis seperti ayahnya. Kalau Mellisa tidak salah, dulu Fredrick suka membawakannya oleh-oleh sesudah latihan mengemudikan pesawat.

Ketika mulai setengah jam larut dalam mainannya, Mellisa tidak sadar tertidur di dekat balita itu. Riko ikut menyusul berbaring disampingnya.

Tangan kecilnya tentatif menyentuh dada Mellisa. Mellisa menggeliat tapi terlanjur pulas.

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang