Bab 51.

1.4K 103 1
                                    

Mellisa tidak akan pernah melupakan kenikmatan yang kini dia rasakan. Ketika Bastian bergerak dengan nalurinya, menyatukan diri mereka dan mencari kepuasannya.

Erangan pria itu berkumandang ditelinganya. Peluhnya membasahi semua jengkal tubuhnya. Sayup-sayup rintihan Mellisa mengaung di kamar itu.

Payudaranya dihisap dan putingnya digilir bergantian. Sedangkan organ kewanitaannya dimasuki dengan irama teratur dan lambat.

"Damnhhh."

"Bastianh."

"Yah?"

"Bastianh."

"..."

"Basti-"

"Damn it. Aku mau datang."

"Enggak, jangan, jangan Bash..."

"..."

"Bastian-mhhh..."

"Damn it!"

"Baaash-mph! Baaash, Baaash!"

"..."

Bastian mengejang panjang dan badannya tegang beberapa detik. Mulutnya membuka dengan kepala menengadah ke atas memejamkan mata.

Mellisa memeluk Bastian kencang dengan dada bergetar karena perasaannya campur aduk. Dia bisa merasakan sesuatu telah memasuki dalam dirinya. Ketika Bastian bergerak memisahkan diri,  akal sehatnya segera bekerja.

"Kamu gak papa?" Bisik Bastian merengkuh Mellisa.

"Aku takut, Bash..."

"Aku disini."

Mellisa tidak mau mendengar ucapan yang itu. Dia hanya mau pria itu meyakinkannya bahwa setelah apa yang dilakukannya, dia akan mempertanggungjawabkannya.

Ujung kelopak mata Mellisa mengeluarkan air mata. Hatinya merasa bersalah melakukan ini. Tapi dia juga merasa bahagia.

"Kalau aku hamil-"

"Sssht, dia anak kita."

Sejenak senyum Mellisa muncul. Badan Bastian menghangat, melilit tubuh Mellisa ke pelukannya. Dibawah selimut itu, tubuh telanjang mereka tidak dilihat siapapun kecuali mereka.

Baru dua jam berlalu, Bastian terbangun kembali dengan ereksinya. Ini tidak pernah terjadi. Badannya terasa panas menginginkan belain Mellisa kembali.

"Mell?" Bastian berbisik membangunkan.

Mellisa terperanjat dengan mata mengerjap perlahan. Demi Tuhan dia sudah begitu lelap tertidur namun dibangunkan!

"I wanna have one more sex, Mell."

"Lagih? Ta-tapi aku masih capek..."

"Aku juga gak tahu kenapa aku ingin bercinta sekarang, sayang..."

"Tapi aku masih belum bersihkan yang tadi, Bas. Nanti kalau-"

"I wanna do just right now."

"Aku masih cape-"

"God, kamu cantik sekali Mell..."

Bastian menyibak selimutnya tanpa lama-lama lagi. Siluet tubuh ramping dan sepasang puting kemerahan yang mencuat membuat bola mata Bastian menggelap.

Sekali lagi dia menggagahinya, meraung-raung menyuarakan kepuasannya. Menulikan telinga dari ringis, pekik, rintih dan lenguhan wanita lawan mainnya. Bastian hanya tidak bisa mengendalikan hasratnya ketika itu. Mellisa adalah gambaran sex yang selama ini berputar di dalam otaknya.

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang