Bab 54.

1.4K 102 6
                                    

Taman Bunga Bougenvile selalu menjadi tempat pilihan artis untuk melakukan foto shoot prawedding atau melamar pasangan.

Sudah direncanakan, hari ini Bastian akan menggunakan tempat ini sebagai tempatnya melamar Mellisa. Di kebun bunga yang hanya seluas setengah hektar itu, bunga dan beragam tanaman mahal lainnya di datangkan dari mancanegara.

Bastian telah berpesan pada Yusuf jika tempat ini harus di kosongkan demi kelangsungan lamarannya.

Saat jam yang sudah ditentukan Bastian, dia datang untuk bermaksud membuat kejutan pada wanita itu.

Tetty yang kaget melihat kehadiran Bastian, tetap menyambut pria itu.

"Apa kabar kamu, Bas?"

"Sehat, Tan. Lihat," Bastian tersenyum mempertunjukkan keadaan dirinya.

Tetty malah balas tersenyum tidak enak hati. Bagaimana dia harus mengatakan jika sekarang keadaan Mellisa jauh dari kata baik untuk dikunjungi?

"Boleh kan aku bertemu Mellisa, Tan?"

"E... Sebentar ya, biar Tante panggil."

Dikamar dengan pencahayaan remang, Mellisa terbaring lemah ditempat tidur. Sejak pulang dari klinik, dia enggan beranjak meninggalkan tempat tidur.

"Mell, ada Bastian datang."

Mendengarkan itu, Mellisa terkesiap. Dia mengusap air matanya yang turun dari tadi.

"Kamu jangan sedih terus dong, sayang..."

"Gimana aku harus bilangnya ke Bastian, Mah..?" Ringis Mellisa dipelukan Tetty.

Tetty menelan ludah merasa terbeban. "Bastian harus tahu kejadian yang sebenarnya. Kamu jangan merasa takut, itu bukan karena kesengajaan kamu."

Mellisa memberanikan diri untuk bersiap. Walau matanya sembab, wajahnya pucat, dan rambutnya disisir seala kadarnya, Mellisa menghadapi Bastian.

Senyum Bastian mengembang ketika melihat Mellisa telah berdiri di hadapannya.

"Hai." Sapa Bastian gugup. Dia berdiri dengan senyum mengembang. "Aku datang."

Tetty berpaling meninggalkan mereka berdua.

"H..a.i" Jawab Mellisa serak. Wajahnya sengaja menunduk untuk menyembunyikan bekas sembab menangis.

Bastian segera melangkah mendekati Mellisa, tidak pikir panjang untuk memeluknya dengan cepat.

Aroma parfumnya langsung terhirup di hidung Mellisa. Pertahanannya runtuh ketika dipeluk. Isakannya segera terdengar.

"Ada apa? Kenapa kamu nangis, Mell?"

Bastian menarik dagunya untuk melihat jelas wajah Mellisa. Hatinya tertegun beberapa detik.

"Kamu gak perlu nangis karena aku datang, hmm?"

Mellisa menggeleng, merasa ucapan Bastian hambar. Hatinya dari tadi mempersiapkan diri untuk menjelaskan tentang keguguran yang dialaminya.

"Kepala kamu..." Ucap Mellisa tergugu.

"I know. Kamu gak perlu takut, ini akan cepat sembuh."

Mellisa mengencangkan pelukannya.

"Ada sesuatu yang mau aku tunjukkan untuk kamu. Bersiaplah. Aku tunggu disini."

Mellisa menggeleng, "Aku sedang gak ingin keluar, Bas."

"Then our baby yes. Do it for him." Jawab Bastian menggoda.

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang