Bab 21.

1.6K 104 11
                                    

"Aku gak bisa masukin kamu sesuka hati, Mell. This is office, not somekind a place you may enter whenever you want."

Mellisa memelas duduk dibangkunya. Sudah sejam dia membujuk untuk kembali masuk bekerja pada Jono. Dan tanpa tahu malunya mengatur untuk mundur dari proyek Bastian.

"Plis, kasih Saya kesempatan. Saya paham Bapak kecewa, tapi Saya benar-benar mau kerja seperti biasa, Pak..."

Jono menatap Mellisa dengan mata memincing, "Suruh pacar kamu supaya bisa menggunakan akalnya kalau begitu. Kamu bisa bujuk pacar kamu jangan ikut canpur proyek ini, bisa!?" Dia tidak tahan memuntahkan unek-uneknya pada Mellisa.

Nirwana Grup memberikan memorandum tentang ketidakprofesionalan Mellisa sebagai agent dan mitra perwakilan kerjasama kedua kubu perusahaan itu. Tertulis rincian permasalahan yang harus dihadapi Bastian, termasuk penyerangannya.

Mellisa kaget diteringati tentang Alfred. Tentu saja kabar itu cepat sampai ke telinga Jono.

"Kenapa? Kamu gak bisa?" Tantang Jono karena Mellisa diam saja. Dia mengitari Mellisa, "Sudahlah, Mell. Kamu gak bisa jalan di dua jalur yang saling berlawanan. Buktinya, pacar mu itu berani menyerang Bastian. Kamu kira Saya gak malu? Pekerjaan semacam ini butuh keberanian dan yang pasti tidak dikaitkan dengan masalah pribadi." Jelas Jono mantap.

"Saya menyerah. Saya gak bisa bantu kamu lagi."

Mendadak Mellisa menegakkan kepalanya. "Pak..." Ringisnya merasa tersakiti.

"Kamu tahu aku gak tertarik dengan air mata perempuan, Mell. So, go away. You only waste my time." Jono mengacuhkannya dengan berjalan tak peduli ke pintu. "Kamu boleh keluar sekarang." Usirnya setelah membuka pintu.

Dada Mellisa sesak. Sepertinya memang usahanya kali ini percuma. Jono tak punya kasihani lagi padanya. Dia memilih berjalan dan tak lagi berkata apapun pada Jono.

Ponsel Jono segera diraih sesaat Mellisa meninggalkan ruangannya.

"Saya kasihan, jujur, Bas..." Katanya langsung.

"Jangan bela dia, Pak Jon."

"Tapi aku gak ikut campur. Aku sudah buat sesuai kemauan mu."

"Iya. Aku paham."

"Kamu suka dengannya?" Tembak Jono.

Bastian tertawa ringan. "Bukan dia. Aku sedang ada misi, Pak Jon."

"Terserah mu, Bas. Aku harus tutup telepon. Ingat, urusan mu sama anak itu gak ada kaitannya lagi sama ku. Terserah kamu mau buat apa sama dia. Tapi ingat, kalau Mellisa gak bisa kamu bujuk, kamu tetap share profit ke aku."

"Oke."

Lalu Jono menutup ponselnya dan kembali ke mejanya.

"Ada-ada saja, huh." Gumamnya.

~~~

Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
Kira-kira seperti itulah sekarang yang dialami Mellisa.

Dia diberhentikan dari proyek, dipecat dari perusahaannya tempat bernaung, harus membayar denda proyek pula!

Sambil berharap bisa menenangkan pikiran, Mellisa sengaja menunggu Tamana di food court dekat mereka biasa makan siang sehabis ngantor.

"Hai!!!" Tamana teriak senang bukan main. Kedua tangannya melebar untuk memeluk Mellisa. "Astaga gue rindu banget sama lo, Mel! Apa kabar kamu, Mell?"

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang