Bab 57.

1.2K 117 8
                                    

"Loh, katanya belum mau kerja dulu. Nah ini sekarang?" Tetty tersenyum manut memperhatikan Mellisa yang berias di depan kaca riasnya.

"Aku bukan mau kerja, Ma."

"Lah, terus?"

Mellisa mendengus saja.

"Kalau kamu bosan, Mama bisa temenin kamu ke mall. Mumpung Mama free."

"Enggak usah, Ma." Mellisa bangkit dari kursinya. "Gimana? Udah rapikan?"

"Lah kalau gak mau kerja, terus berpakaian gini mau kemana, Mell? Kamu jangan aneh-aneh ya. Mama udah cukup liat kamu merajuk selama dua hari ini."

Benar, sudah 2 hari dia melarikan diri dari apartemen. Sejak kejadian tempo hari, Mellisa mendadak balik pulang ke rumah. Dia benar-benar kesal atas pertengkaran sebelumnya.

"Iya, Maaa."

"Eh tunggu! Kamu main tinggal aja, Mama belum siap ngomong. Tadi pagi Bastian datang bawain bunga. Mama udah letak di meja makan. Tadi kamu kunci kamar, jadi Mama gak sempat taruh di meja kamu."

"Mellisa pergi dulu ya, Ma. Bunganya tolong di kasih ke vas ya, Ma. Dah Mama."

Tetty terpelongo menerima cipika-cipiki Mellisa yang buru-buru. Wanita ini telah melenggang pergi dari kamarnya.
Dia hanya bisa menahan nafas melihat perubahan sikap Mellisa.

Belakangan sejak mau menikah, anak perempuannya itu bertingkah tidak biasanya. Dia mendadak ceria, juga mendadak diam. Kalau Mellisa sedang ada masalah bersama Bastian, dia akan kembali pulang ke rumah.

"Heran ya, anak muda zaman sekarang kok mau menikah aja main kucing-kucingan segala. Hm..." Ucap Tetty seorang diri.

Setelah menaiki mobilnya, Mellisa langsung meluncur ke tempat tujuannya sejak semula. Dia sudah merencanakan kedatangan ini sejak sehari semalam. Dia bermaksud untuk membuat kejutan pada pria itu. Juga sekaligus mencari tahu tentang kesibukan pria itu.

Pagi ini saja, pesan masuknya hanya terkirim sebagai mail box. Betapa dongkol hatinya mengetahui Bastian tak kunjung mengubah tindakannya atas mengabaikannya. Mellisa akan cari tahu sendiri.

"Ya gue gak bisa bilang apa-apa ya. Kita harus setuju Pak Bastian emang lebih cocok dengan si Mellisa. Couple goal banget gak sih!?" Dini berkomentar lewat interkomnya.

"Setiap hari kerjaan lo nge stalking Pak Bastian mulu, Din. Apa lo gadak kerjaan apa?"

"Siapa bilang gue gak ada kerjaan? Gue gini-gini sambil ngetik laporan akuntan ye! Udah hampir sebulan tau gak sih! Gue harus lembur dan pulang ampe jam 10! Apa gak remuk ni badan gue! Dia kira gue punya body guard yang bisa jaga gue 24 jam setiap gue pulang kantor!"

Terdengar suara pekik tertawa dari seberang telepon Dini. "Yang sabar ya, Din. Mungkin Pak Bastian emang harus lembur. Gue juga dengar dari satpam, mobil Pak Bastian baru pulang dari kantor jam 3 subuh! Rekor gak tuh?"

Dini ternganga tidak lagi menanggapi isi perkataan rekan bicaranya. Dia terkesima karena ada sosok yang sedang berdiri di depan resepsionis.

"Din? Lo kok diam? Jawab dong!"

"Emang cantik banget sih..." Gumam Dini.

"Ha? Lo bilang apa?"

Dini menutup telepon interkomnya sebelum menjawab dan duduk menegakkan punggung. Lewat jendela dia melengos ke arah Mellisa.

Sementara Mellisa yang keburu tiba, langsung menghampiri meja Farah.

"Rah, ingat aku kan?" Mellisa menyapa cepat.

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang