Bab 37.

1.4K 100 4
                                    

Ketiba tubuh ini punya raga, sanggupkah Ia bertahan dari sesapan burung di cakrawala?

"Bastian jangan! Aku gak mau! Kamu gila! Lepasin aku!"

Bastian kalap, dia mendorong Mellisa ke ranjang selebar 3 meter. Disanalah dia biasa memuaskan hasratnya pada wanita panggilan.

Mellisa bisa merasakan remasan di dadanya kasar. Menuntut untuk dirangsang. Sekuat tenaga dia melawan.

Dia dewi semesta, buah dadanya gemuk dan mempesona... mengapa Ia jadi kehausan seperti singa berpuasa ratusan tahun?

"Bastian, sakit! Lepasin, Bas! Lepasin, sakit!"

"Maafin aku, Mell..." Desis Bastian dengan nafas memburu.

"Sakit, Bas! Kamu jahat!"

Mellisa mendorong kakinya ke udara untuk menghalangi Bastian menindih badannya.

"Lepasin aku, Bas! Kamu harus sadar, Bas! Ah! Sakiiit..."

"Plis, buka baju mu, Mell..."

"Jangan, Bash... Jangan..."

Mellisa hanya mendengar jeritannya sia-sia. Ruangan ini lebur menjadi satu ranjang berantakan.

Bastian menggeram, "Aku ingin bercinta, Mell!"

"Enggak! Jangan! Jangan, Bas! Aku gak mau! Aaah... Sakit Bastian, sakit..."

Ketika sentuhan bersama bayangan terpatri, adakah langit mendengar rintih gemulainya?

Mellisa terisak menahan nyeri payudaranya.
"Sakit Bastian... Sakit..."

Apa yang Bastian lakukan hanyalah gigitan paksa dari luar bajunya.

Bastian meringis ketika Mellisa masih bertahan mempertahankan bajunya.

Ubun-ubunnya semakin panas dan jantungnya semakin berpacu kencang. Dia bergairah dan mau melepaskan seluruh hasratnya.

Kebisuan ini, mengoyak hingga melepaskan roh dari jiwanya.
Tak satupun bisa memisahkan kenikmatannya dan kesakitannya.

Mellisa memukul kepala Bastian dan merasakan sesuatu dari dalam dirinya bereaksi.

"Plis... Jangan Bas, aku gak mau, aku gak mau, jangan!"

Bastian terjengkang ketika Mellisa berhasil mendorong badannya. Kepalanya terbentur beberapa detik menyebabkan pening hebat. Pandangannya berputar-putar.

Mellisa berlari sekencang mungkin dan memeluk erat bajunya. Sejenak dia menoleh saat Bastian mengerang memegangi kepalanya.

Tapi tanpa disadari, Mellisa berlari ke dalam kamar Bastian. Dia gemetaran dan ketakutan hebat.

"Aku gak bercinta dengan siapapun di kamar ku, Mell." Dia datang tiba-tiba di belakang Mellisa.

"Bastian?" Mellisa terkejut. Dia mundur dengan cepat.

Sayup suara memanggil, bisakah puisinya berbisik di telinga?
Ragup air setetes jatuh, membasahi kelopak mata yang terus menatap.

Mata Bastian menggelap, wanita ini terlihat seksi saat rambut berantakan dan baju kusut seperti itu.

"Bas... sadar Bas... Kamu cuma nelan pil, Bas..."

Bastian tak gentar, menarik tangan Mellisa ke pelukannya.

"Bastian jangan, lepasin tangan kamu!"

Semua upaya pelarian Mellisa tidak berarti lagi. Bastian menjamah dadanya dan membuat Mellisa meringis.

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang