Makan malam yang tidak biasa, sambil memandangi piring kaca yang diisi penuh saus lezat ala La Fonte menyiram daging berasap.
"Kamu makannya gak biasa, kenapa yang?"
"Bukan, ini enak. Eh, aku ganti menu ya?" Ku lihat dia lurus di kursi.
Alisnya jadi naik sebelah. "Kenapa sih?" Alfred mulai curiga.
Aku tersenyum takut. Pasti perang akan dimulai kalau Alfred berhenti makan dan pertanyaannya begitu.
Aku merosot dibangku. Sebenarnya mual mau bicara lebih dulu. "Aku..." Ucapku menggantung.
"Ya?" Dia memotong tak sabaran.
"-dapat project baru." Sambung ku. Gigiku terlihat sambil menyengir. Itu reaksi takut.
"Proyek apa? Kan bulan depan janji cuti?"
"Pak Jono maksa, plis, plis ya?" Aku spontan menyentuh tangan Alfred.
"Jadi ini kenapa kamu pake acara mau tukar menu? Kamu bilang save money tapi ujung-ujungnya ngomong proyek baru."
Seperti tuduhan beremosi, Alfred menatap tajam.
See? Sudah ku bilang ini tidak mudah.
"Terserah kamulah, Mel." Akhirnya Alfred bilang itu saja.
Kami menghabiskan sisa steak dengan cepat dan tanpa bicara lagi. Kalau sepasang kekasih makan seperti ini, apa kalian percaya mereka akan jadi menikah?
Masalah meja makan itu sangat penting. Banyak teori yang menghubungkan keharmonisan hubungan dengan ritual makan bersama, entah makan siang, makan malam bahkan sampai sarapan pagi!
Dan lihat sekarang Alfred menghabiskan makan malamnya dengan diam dan larut bermain game poker yang sudah sejuta kali ku peringatkan untuk di uninstal karena menyita perhatian!
"Yang?" Panggilku pelan menginterupsi.
"Hm." Dia tidak mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel.
"Kamu mau kita bulan madu kemana? Papa ada sponsor nih."
"Belum taulah yang, tunggu bentar ini game nya mau siap. Aku menang nih."
Aku mendengus. Oh jangan lupakan ingin menggeram! Kalau tidak ingat tempat ini eksklusif, pasti sudah berubah jadi arena tinju.
Sambil mendengar "yah", "lah", "hm", "ck", "kan", Alfred, aku melihat kesekeliling dan tetap menggores ujung gerigi pisau stake ke piring.
Perlu beberapa menit kesabaran ekstra jika pasangan sibuk bermain ponsel sementara sang pasangan cuma menatap kosong sambil menunggu.
Drrt... Drrt...
"Ah!" Alfred menggeram begitu layar ponselnya berpindah menunjukkan simbol gagang panggilan masuk.
"Tunggu ya." Alfred bangkit cepat dari kursi.
Aku semakin tidak sabaran, dia dengan mudahnya menerima panggilan telepon itu sementara tidak merasa bersalah membuatku menunggunya menyelesaikan permainan. Aku memang sangat bersabar.
Alfred berjalan menjauh, membuat ku tidak bisa mendengar pembicaraannya. Alfred bilang, dia butuh konsentrasi saat bicara di telepon bila berada di dekat ku. Dia mengatakan aku merusak fokusnya. Sama sekali terdengar menyedihkan juga menyanjung. Aku menganggap itu pujian karena Alfred tidak berpaling dari kehadiran ku. See? Berpikiran positif berefek pada kelangsungan hubungan.
Tap
Tap
TapAku menoleh. Sumber suara aneh yang membuatku cepat menoleh pada pria yang berjalan menuruni tangga di ujung. Tapak sepatunya pasti murah, terdengar kuat. Katanya begitu, semakin mahal sepatu maka suara tapaknya nyaris tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prime Project
RomanceNOVEL DEWASA. 2020. Qeryana Grail. Indonesia. Copy Rights. Mellisa Subroto berusaha bisa mewujudkan pernikahan impiannya. Gaun yang cantik, dandanan memukau, pasangan tercinta, juga janji sehidup semati. Lalu waktu itu datang, ketika pria yang dicin...