Bab 31.

1.5K 110 6
                                    

Mellisa mendekat ke sisi Bastian, mengambil piringnya perlahan.
Jantungnya berdebar kuat saat mulai menyendok sesuap nasi. Mereka bahkan tak saling bicara karena terlalu gugup.

"Buka aaa," Ucap Mellisa pelan.

Bastian terkekeh, "Aku bukan anak kecil, Mell."

"Sori, tapi aku takut sendoknya kena ke lukanya,"

"Enak." Ucap Bastian singkat.

Mellisa menggigit kecil bibirnya sebentar sebelum membalas ucapan itu, "Makasih..."

"Mell, baliklah ke proyek." Bastian beralih topik. Sambil mengunyah, dia juga menatapi Mellisa.

"Aku gak bisa kerja bareng kamu lagi, Bas."

"Kenapa?"

Mellisa menyuapi Bastian lagi. "Proyek itu gak cocok dengan ku." Jawabnya begitu.

Alis Bastian naik sebelah, "Kenapa kamu selalu jadi penurut untuk Alfred?" Bastian bertanya.

Mellisa menunduk sekilas, "Makanlah dulu, Bas."

"Apa kamu benar-benar penurut begini?" Sekali lagi Bastian memastikan. Saat Mellisa kembali menyodorkan suapannya, dia menggeleng untuk menghentikan.

"Bas, bisa kita jangan bahas tentang apapun selain kamu fokus habisin nasi goreng ini-"

Bastian tiba-tiba mengambil piringnya dan meletakkannya semula ke baki.

"Kenapa?" Mellisa langsung bertanya bingung.

Saat Bastian mendadak berdiri, Mellisa spontan ikut berdiri dengan was-was.

"Bas, kamu mau apa?" Mellisa segera curiga.

Bastian berjalan ke mejanya, membuka laci. Mellisa berdiri melipat tangan sambil memperhatikan gerak-gerik Bastian. Bagaimanapun kondisi pria itu, tapi berada dalam kamarnya sangat menguras emosinya.

"Apa setelah kamu tahu Alfred melakukan pencurian di rekening perusahaan ku kamu akan tetap menuruti kemauannya menjadi wanita yang cuma menunggunya pulang dan berdiam diri dirumah?" Sindir Bastian memperlihatkan sebungkus amplop coklat persegi. Itu amplop yang sama tadi pagi dia lihat bersama Tetti.

"Maksud kamu apa, Bas?"

Bastian mendekat, "Aku cuma gak mau Alfred memanipulasi kamu."

"Apapun yang terjadi antara kamu dan Alfred aku minta maaf, Bas. Tapi plis, jangan sebut Alfred manipulatif!" Mellisa mendadak berang.

"Aku gak paksa kamu percaya sekarang. Tapi coba pertimbangkan ucapan ku."

Bastian hanya bisa saling bertatapan dengan Mellisa sampai ponselnya menghentikan kebisuan diantara mereka. Selama Bastian menerima teleponnya, Mellisa membaca isi kertas itu.

Mungkin Alfred bisa menjelaskannya setelah ini. Dia tahu betul pria itu tak mungkin bohong padanya. Bisa saja ini akal-akalan Bastian.

"Aku mau pulang, Bas." Ucap Mellisa setelah Bastian selesai dengan pembicaraannya di telepon.

"Riko akan datang sebentar lagi dengan Mama ku, dia tahu kamu ada disini." Balas Bastian.

"Tapi aku harus pulang, Bas!" Tolak Mellisa. Dia hanya harus pulang. Dia tidak bisa disini sementara Alfred membutuhkannya.

"Lihat, Riko pasti kecewa kamu pulang. Plis, cuma ingin bertemu kamu sebentar."

Mellisa mendesah, apa boleh buat.

"Kamu masih mau suap aku kan?" Bastian mengambil piringnya lagi.

"Kamu bisa makan sendiri!" Balas Mellisa dongkol.

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang