Bab 46.

1.7K 117 8
                                    

"Kamu harus kembali ke proyek, Mell."

"Aku gak mau terburu-buru, Bas."

"Bukan, bukan tentang pekerjaan sebelumnya. Kamu dan aku, kembalilah bekerja."

"Aku belum bisa menjawab saat ini, Bas."

"Aku mau kita mulai dari awal."

Mellisa tertegun. Sikap Bastian jelas berbeda dari sikap yang ditunjukkan pria itu padanya saat pertama kali mereka bertemu.

"Aku butuh waktu, Bas."

"Aku paham."

Mellisa dan Bastian lantas menikmati makanan mereka seraya ditemani pemandangan langit dari atas rooftop seperti ini.

Pendar bintang di atasnya adalah impian kencan yang selama ini Mellisa impikan. Lantas mengapa Bastian seolah mengetahui semua mimpinya dan mewujudkan keinginannya menjadi nyata?

Ditengah-tengah makan malam itu, Bastian mengeluarkan kotak cincin dari sakunya. Mellisa terperangah dan kaget dapat kejutan seperti itu.

"Kamu gak perlu jawab apapun. Tapi pakailah, plis." Ucap Bastian.

Mellisa mengamati cincin itu lekat-lekat. Dia sampai merinding dan tidak bisa berkata-kata.

Bastian mengambil sebelah tangannya, tidak menunggu izin Mellisa dan segera memakaikannya. Bahkan ditempat terang sekalipun, kilau berliannya kelihatan.

Cincin ini begitu pas entah mengapa.

"Bas, ini..."

"Ini cincin sebagai pemberian ku. Aku ingin kamu memakainya."

Hati kecil Mellisa menciut, betapa dia dilema dengan dua cincin yang kini melingkar di jari manisnya.

"Aku gak bisa, Bas. Aku gak bisa pakai ini." Tolak Mellisa tiba-tiba.

"Karena cincin itu?"

Mellisa terdiam.

"Aku gak keberatan."

"Tapi, Bas..."

"Cepat makan. Kita ke apartemen."

Mellisa tidak membantah lagi. Mereka segera menyelesaikan makan dan beranjak dari restoran.

~~~

Alfred memandang lamat-lamat foto yang masuk ke dalam ponselnya. Foto itu tampak jelas dan diambil dari jarak paling dekat.

Hatinya terbakar cemburu. Rasanya darahnya mendidih dan ubun-ubunnya mau pecah. Sekarang kedua sejoli itu tampaknya menikmati hidup di atas penderitaannya.

Ini semua karena Bastian lagi. Pria itu terus menghancurkan hidupnya. Andai saja Bastian tidak membawa Erin kehadapan semuanya, tentu ini semua tidak akan terjadi.

Selama ini dia tidak pernah mendapatkan ciuman seintim itu dari Mellisa. Bahkan setelah pernikahan pun, Mellisa seolah risih berdekatan dengannya.

Sambil marah-marah dia menghubungi Erin.

"Wanita gak tahu diri! Kurang ajar! Kenapa kalian gak mampus aja!?"

"Astaga pria jahanam! Kamu pikir hidup aku gak menderita karena ulah kamu!"

"Diam! Aku bisa bunuh kamu, Rin!"

"Aku gak takut! Aku nyesal dengan hidup ku sekarang! Kamu pria gak becus! Bisanya cuma umbar janji manis ke semua perempuan! Sekarang, siapa lagi mau kamu bohongi dan ajak menikah, ha!? Siapa!?"

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang