Prolog.

10.9K 371 10
                                    


Ku bilang cinta adalah alasan kita bersama.

Kau bilang takdir adalah alasan kita bertemu.

Tapi siapa yang percaya jika kita benar berjodoh?
Tuhan kah?
Aku kah?
Ataukah kita berdua?

Mereka mengatakan cinta harus diperjuangkan.
Lalu mereka mengatakan, cinta tak harus memiliki.

Mereka mengatakan cinta tak punya alasan.
Lalu mereka mengatakan, cinta butuh pengorbanan.

Apakah cinta mu?
Karena cinta ku buta.

Kau sebut rindu jika kita tak bersama. Dan kau panggil sayang jika kita bersama.
Jadi, benarkah cinta seperti itu?

Kalau ya, sebutlah itu.
Kalau tidak... Ah, pergilah.

Mengapa cinta begitu rumit?

Jawablah itu.

~~~

Aku masih ingat tentang cerita tentang si cantik dan si buruk rupa. Bukan, bukan tentang si buruk rupa berubah menjadi pangeran tampan setelah mendapat ciumannya. Atau tentang seorang wanita yang mencintai seseorang dengan tulus tanpa memandang rupa.

Betapa cerita itu klise walau masih saja aku suka.

Dengan pengamatan yang nyaris membuat gila, akhirnya aku menemukan satu alasan mengapa akhirnya selalu ada pernikahan bahagia dalam akhir dongeng yang indah. Yaitu cinta.

Ha, lucu sekali!

Cinta memang buta. Tapi benarkah?

"Mel, kamu suka yang mana nih?"

Aku teralih dan nyaris terbengong bingung. Apa yang ku pikirkan saat sedang begini?

"Ha?"

"Undangan nya dong, pilih cepetan."

Aku tergagap. Dengan cengengesan minta maaf, aku kembali fokus pada pilihan undangan di tangan ku.

"Yang ini aja." Akhirnya aku menyahut sambil menyerahkan sebuah lembar cantik kartu undangan.

"Nah gitu dong. Dari tadi lo melamun, mikirin siapa?"

"Mikirin Song Seung Heon, hihihi..."

"Gak waras lo." Cibirnya.

"Habis gimana ya, dia udah setua itu masih betah jomblo."

"Gak urusan lo."

"Jelas itu urusan gue! Secara, ada gue yang siap lahir dan batin buat nerima dia apa adanya."

Alis Tere naik sebelah dan matanya memincing. "Lo yakin? Lo yakin mau jadi istri dari laki-laki yang dikejar-kejar perempuan?"

"Yakin. 100%."

Entah kenapa aku menjawab seperti itu sementara ketakutan ku suka meningkat jika Alfred-sang pangeran impian-ku mulai terlihat sibuk menjelang pernikahan.

Alfred Leonardo, seorang dokter ahli bedah plastik, yang punya klinik tersebar dihampir seluruh penjuru tanah air, adalah pria yang memang dianugerahi wajah rupawan.

Sebentar lagi, tinggal beberapa waktu saja, dan dia akan jadi suami dari Mellisa Agatha Subroto. Ya, itu aku.

Dan entah kenapa, aku tersenyum mengingatnya. Ah, aku tak sabar menjadi istrinya!





Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang