Bab 53.

1.4K 104 5
                                    

Bastian perlahan membuka matanya setelah koma dan terbaring berbulan-bulan. Untuk pertama kalinya, dia kembali melihat cahaya dan dapat mengenali suara-suara di sekelilingnya. Derap kaki dari pintu luar, juga bunyi longlongan anjing yang kecil.

Maria yang sadar kalau Bastian telah sadar, segera menghampiri Bastian.

"Bas?"

Bastian menoleh, mengenali wajah tirus itu sebagai Mamanya. "Mi." Ucapnya.

"Gimana, apa yang kamu rasakan sekarang? Kamu mau apa? Bilang ke Mami biar Mami bantu. Ya Tuhan Bas.., Mami rindu sekali sama kamu..." Pekik Maria senang.

Bastian tersenyum simpul merasakan kepala Maria berada di atas dadanya. Sejenak dia mengernyit ketika hendak menggerakkan kepala.

"Sebentar ya, sebentar, biar Mami kasih tahu dokternya."

Bastian memandang nakasnya, melihat sebuah parcel buah dan sebuket bunga. Dia hendak meraih dengan tangannya, tapi terhenti ketika pintu kembali terbuka.

"Congratulation, ternyata pasien Saya sudah pulih juga. Wah, senang sekali."

Bastian tersenyum lagi. Saat si dokter bernama Pramu itu mendekat, dia lantas berbicara.

"Saya kapan bisa pulang?"

"Hmm, sepertinya anda ini sudah tidak sabar bertemu pujaan hatinya."

Maria dan Bastian saling bertukar pandang. Apa maksud ucapan si dokter?

"Maksudnya, dok?" Tanya Maria mewakili pikiran mereka berdua.

"Loh, setiap hari pacar anak Ibu ini teleponin aku buat tanya kabarnya. Namanya Mellisa itu?"

"Oh..." Maria membalas kikuk.

Bastian kaget ketika dikatakan seperti itu. Jadi Mellisa tidak meninggalkannya selama ini? Lantas kemana wanita itu sekarang?

Dokter Pramu mendekat untuk memeriksa keadaan Bastian.

"Kelihatannya, doa Mellisa manjur ya. Sepertinya ini berkat kandungan di dalam perutnya."

Sekali lagi Bastian dan Maria berpandangan. Kali ini mereka kompak menanyakan hal yang sama.

"Maksudnya, dok?"

Dokter itu bingung lagi atas respon mereka.

"Kok kelihatannya Saya ngomong dari tadi kalian merasa bingung ya? Apa jangan-jangan Saya terlalu mencampuri urusan kalian, kalau begitu Saya minta maaf."

"Apa yang dari tadi dokter bicarakan?" Bastian bereaksi.

Sejenak ruangan hening.

"Maksudnya kandungan apa? Kandungan siapa?" Maria yang melanjutkan pertanyaan.

Bastian segera membulatkan matanya. Apa wanita itu hamil? Akibat euforia dan penasarannya yang meroket bersamaan, kepala Bastian berdenyut. Dia lantas memekik.

"Bastian!" Maria panik dengan cepat.

"Tenang, tenang, sebaiknya Ibu keluar. Biar Saya saja yang memeriksa."

Maria tidak membantah. Dia membiarkan Bastian bersama si dokter. Tapi pikirannya kini telah bercabang kepada yang lain. Dia harus tanya apa maksud pernyataan yang terus diucapkan dokter tadi.

Maria hendak berlalu untuk menghubungi Mellisa ketika teleponnya justru masuk dari Tari. Tari adalah asisten rumah tangga baru yang kini merangkap pekerjaan menjadi pengasuh Riko.

Sejak kejadian berdarah itu, mau tak mau, Maria harus mengambil jasa pengasuh anak. Dia sudah tak kuat jika harus mengasuh cucunya yang kian bertambah lincah dan energik.

Prime ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang