Nesta masih lembur. Lembur yang asyik-asyikan main, jalan-jalan naik wahana, terus dapat es krim. Nikmatnya lembur ....
Belum tahu saja, Viano bakalan mengamuk sebentar lagi.
Sambil menyetir, dia menelepon Nesta.
"Nesta saya telepon kamu dari tadi, Nggak diangkat-angkat!"
Salam belum, bahkan napas juga belum sudah langsung disembur. Dosa apa Nesta?
"Kamu bawa ke mana anak saya!"
Nada bicara ngegas dan panik begini, malah bikin Nesta susah mau menjelaskan. Apa-apa, pasti salah,
"Saya cuma ajak Raja main. Bebas, Pak, ala anak-anak."
"Kamu tau, kamu ini salah!"
Dasar! Punya bos yang datar dan tidak punya sisi kemanusiaan yang adil dan beradab adalah hal yang paling menyebalkan.
"Iya, Pak, saya salah." Saya salah punya bos Bapak! Sekali lagi, budak harus mengalah.
"Share lock, sekarang!"
Usap dada, perbanyak sabar supaya uang lembur tidak ditarik lagi. Harus manis-manis sama bos.
Share lock dulu, lanjut main
Raja masih asyik main tembak zombie. Melihat kelihaian bocah kecil yang ditemaninya, Nesta berimajinasi kalau zombienya Viano dan dia yang jadi penembak. Tidak akan Nesta biarkan Viano hidup!
Sampai ke sarang laba-laba yang menyengat Peter Parker sampai jadi Spider Man, bakalan Nesta kejar.
"Papa kamu, di rumah marah-marah terus, nggak sih?" Nesta memecah konsentrasi Raja.
"Papa nggak pernah marah."
Buset! Fitnah model baru. Masa iya, Viano tidak pernah marah, Nesta tidak akan percaya.
"Kak Nesta suka sama papa, ya?" Raja yang keluar dari bilik permainan melontarkan pertanyaan yang membuat mata Nesta membulat.
"Kamu masih kecil, nggak boleh ngomong gitu."
"Nggak apa-apa. Nanti Raja tanyain ke papa, papa suka nggak sama Kak Nesta."
Si Raja polosnya keterlaluan. Wajar, sih, masih di bawah umur. Cuma, dia harusnya sadar kalau perasaan Viano bagaimana tidak usah ditanya. Sudah jelas, papanya paling sebal sama Nesta.
Selang lima belas menit, Viano menelepon Nesta lagi. Meminta karyawatinya diam di tempat sampai dia menemukannya.
Nesta harus siap-siap, sebentar lagi bakal kena omel.s
Jalan terburu-buru mencari Raja, Vinao sudah punya niat dalam hati. Hal yang lertama yang dia lakukan adalah memarahi Nesta.
Sampai di play land, Viano menyapu pandangan ke sekitar. Menemukan mereka, tengah diam menunggunya di dekat mesin capit.
Nesta pasang kuda-kuda, Viano makin dekat ....
Langkah demi langkah. Picingkan mata, hitung berapa detik lagi akan sampai.
Sedikit lagi. Dan ....
"Nestaaaaa!" Viano gemas setengah mati, sampai mau meremat kepala gadis itu. "Saya hari ini rela keluar uang sipaya anak saya bisa ikut makan siang. Kamu malah-"
"Pa?" Raja menarik-narik celana bahan Viano. "Jangan marah-marah."
Ya ampun, Viano lupa kalau ada Raja. Hari ini Nesta bisa selamat.
"Papa bukan marah. Tapi lagi arahin Kak Nesta supaya kerja yang bener."
"Tapi, Kak Nesta udah mau temenin Raja main. Bisa seru-seruan, bukan kayak Suster Mia yang cuma jagain atau Papa yang sibuk terus."
Emosi yang menggebu-gebu seketika mereda. Berjongkok, Viano mencengkram lembut lengan Raja.
"Oma bakal marahin Papa kalau Raja ikut. Makanya, Raja mau main di sini aja."
Nesta yang diam memperhatikan merasa kisah keluarga Viano dramatis. Dia duda atau bagaimana?
Mungkinkah Viano pria yang suka kelabasan?
Ada yang lebih penting dibanding pertanyaan Nesta. Kelihatannya, kemarahan Viano sudah mereda.
"Pak ...." Takut-takut Nesta memanggil.
Viano kembali berdiri, menatap Mesta dengan tatapan yang susah didefinisikan.
"Maafin saya."
Viano menghela napas. "Jam lembur kamu habis, kamu boleh pulang."
Nesta diusir. Yah, memang tahu Viano paling tidak suka dekat-dekat dengannya.
"Iya, Pak, saya pulang," lesu Nesta menjawab. "Permisi Pak Piano." Pertama kali, Nesta sebut nama Viano.
"Apa?" Vinao memasang telinga. "Kamu panggil saya apa tadi?"
"Pak Piano?" Nesta mengulang. Memangnya ada yang salah.
"Pakai V Nesta, bukan P. Viano bukan Piano!" Lihat, hanya karena kepleset nama si bos sudah marah lagi. "Kamu pikir saya papan tuts bernada doremifasolasido!"
Nesta merasa adanya ketidakadilan. Tadi pagi dia cerewet sedikit, langsung disumpal permen karet. Sekarang kalau bos yang bawel, jejal pakai wedges, bagaimana?
"Ya sudah saya mau jalan-jalan sama Raja, kamu bisa pergi."
"Mmmh." Memang lebih baik pergi daripada sakit kepala. "Permisi, Pak!"
"Kak Nesta!" Raja kelihatannya berat ditinggal. "Kak Nesta mau pulang atau ke mana?"
Pulang? Tentu saja bukan. Dia pegang tiga juta hari ini. Jalan-jalan dulu, cari yang bening-bening siapa tahu bertemu jodoh.
"Mau keliling dulu," jawab Nesta jujur.
"Pa!" Raja mengguncang tangan Viano. "Itu Kak Nestanya bukan mau pulang. Berarti kita bisa pergi sama-sama."
Viano mengernyit.
"Kita jalan, Pa, bertiga. Biar kayak si Dafin yang hari Minggu jalan sama mama-papanya. Keren, 'kan, Pa?"
"Nggak!" Kompak Viano sama Nesta berseru.
Raja bengong. Ada apa dengan dua orang dewasa di hadapannya ini?
Gimana, keren nggak mereka kalau jalan bertiga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant vs Crazy
PoetryCari duit tidak segampang yang ada di drama atau novel. Dalam dunia khayalan, perempuan bisa jadi 'barang mahal' yang diperjuangkan habis-habisan sama CEO atau jadi mujur dengan dinikahi paksa sama tuan muda tampan kaya raya. Dunia nyata tidak begi...