20. Beneran Mundur

12.6K 1.3K 44
                                    

Nesta berhenti? Ini bercanda pasti. Kalau iya, Viano rekor lagi, dong?

Pria yang mengaku punya anak satu kini mengacak rambutnya. Dia merutuk sendiri, lantaran tidak tahu harus bersikap bagaimana. Masa iya, bos minta maaf sama bawahan. Nope!

Baringkan tubuhnya, mungkin bisa mengurangi beban pikiran. Paling, rasa bersalah ini cuma ada sebentar. Besok pagi dia bangun, sydah akan menjadi Viano yang normal seperti biasa.

Pejamkan mata.

Susah. Bayangan Nesta yang tersinggung karena sikapnya terua berputar.

Oke, tidur terlentang kurang bagus, coba miring ke kiri. Ya Tuhan, sama saja. Viano masih merasa gelisah. Balik kanan, tetap saja tidak tenang. Buka mata, malah lihat foto Raja.

Arggh! Tak tahan, besok-besok kalau Raja tanya kabar Nesta bebannya pasti makin bertambah.

Batal tidurnya, Viano sekarang duduk di tepi tempat tidur dengan kaki menyentuh lantai.

Berpikir sebentar.

Bego! Viano menyadari satu hal dan sepertinya ini bisa dimanfaatkan.

Raih ponsel yang ada di meja, Viano menelepon Ivan.

Sudah berdering beberapa kali, Ivan tidak mengangkat. Jangan-jangan, sudah tidur.

Belum menyerah, Viano terus mencoba.

"Ya, Pak?" Ivan akhirnya menjawab. Suaranya agak serak dan terdengar lesu.

"Van, semua karyawan yang masih kontrak itu ijazahnya ditahan perusahaan, 'kan?"

Ivan terdengar menguap. "Masih, Pak."

Viano menyunggingkan senyuman. Akhirnya dia punya cara untuk memaksa Nesta kembali. Jujur saja, batinnya sedang tertawa girang saat ini.

Sudah kelihatan jelas kalau dia yang akan 'menang' kali ini. Nesta pasti sulit dapat pekerjaan lagi.

"Ya udah, Van, makasih."

"Bentar, Pak! Ivan menahan Viano yang hampir memutus panggilan. "Bapak nelepon saya jam segini buat tanya itu doang?"

"Iya, kenapa? Kamu mau saya tagih laporan kinerja karyawan tengah malam begini?" Viano memijit pangkal hidung. Heran, sama karyawannya yang selalu bersikap tidak jelas.

"Nggak, Pak." Ivan mendesah sejenak. "Tapi, sebagai orang yang sudah mengabdi dua tahun sama Bapak tanpa potes, saya boleh bilang sesuatu?"

Viano mencebik, si Ivan kira-kira mau curhat soal apa, nih?

"Bilang aja, Van!"

Senang Viano memberi kesempatan, Ivan siapkan napas untuk mengucapkannya tanpa jeda.

"Pak, saya lebih iklas ditelepon jam satu malam kalau Bapak mau tanya projek penting atau masalah genting. Kalau cuma tanya gitu doang, BISA BESOK PAGI, PAAAAK!"

•°•

Lusi kemarin sibuk di ruangannya sampai tidak tahu apa yang terjadi antara Nesta dan Viano. Cuma dengar dari bisik-bisik karyawan lain yang bilang Nesta keluar begitu saja dari perusahaaan.

Apa peduli Lusi. Lagipula, bagus juga kalau Nesta tidak ada. Lusi selalu sebal lihat dia yang bersikap sok asyik di depan Viano. Pergilah sana. Taruna Corp, termasuk perusahaan besar dan bonafit, Lusi yakin dalam sehari sudah banyak yang bisa direkrut.

Betapa bahaganya Lusi mengingat Nesta yang sudah tidak ada lagi di kantor.

"Van, ngapain?" Lusi berpapasan dengan Ivan yang baru saja keluar dari ruangan Viano.

Arrogant vs Crazy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang