Kalau boleh, Nesta pagi ini mau ngedumel, ngomel, marah-marah atau maki-maki.
Masa iya, sih, ada bos yang suruh karyawannya lembur dadakan di hari Minggu. Hari di mana para kaum rebahan untuk merebahkan diri, sambil nonton drakor.
Duhai Oppa, hari ini aku tidak bisa menemuimu. Hiks.
Kelaukan Nesta yang menganggap ponsel barang hidup, sampai bisa diajak bicara.
Mau menolak Viano. Tiba-tiba ada pesan masuk lagi:
Uang lembur, saya bayar cash hari ini
Nesta mengerucutkan bibir. Paling juga, cuma dua ratus ribu, tidak sebanding dengan wajah oppa yang tampan.
Pesan berikutnya dari Viano, membuat bola mata Nesta hampir keluar.
Saya bayar cash tiga juta unyuk jam lembur kamu!
Wah, gila parah! Nesta mau teriak baca kata tiga juta. Untuk rakyat miskin yang berobat pakai bantuan pemerintah, tiga juta itu besar.
Tidak pakai pikir lagi, langsung katakan, 'ya'.
•°•
Lembur macam apa ini? Kok, Nesta malah disuruh ke Mall pagi-pagi gini--jam delapan--toko-tokonya saja belum pada buka.
Mungkinkah, Nesta dimutasi ke Mall?
Yah, tidak masalah juga, sih. Cuma risiko kerja di mall itu, mengorek mata menguras dompet. Uh, mana tahan lihat barang-barang yang dipajang di etalase.
"Pak, kok, kita malah ke sini?"
Viano ditanya, santai saja. Terus jalan tidak memedulikan Nesta yang terseok-seok, mengimbangi langkah agar mereka beriringan.
"Pak!" Nesta berteriak.
"Nggak sopan kamu!" Viano membulatkan mata.
"Saya lembur apa temenin Bapak kencan?"
Ucapan Nesta barusan, dapat geraman gratis dari Viano.
Kencan? Something impossible bagi Viano.
Viano melihat jam tangan sebelum menjawab Nesta. "Saya punya waktu cuma satu jam untuk kamu."
"Satu jam buat apa, Pak?"
"Pilih baju. Saya mau beliin kamu baju yang sesuai dan agak pantes sedikit untuk ke restoran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant vs Crazy
PoetryCari duit tidak segampang yang ada di drama atau novel. Dalam dunia khayalan, perempuan bisa jadi 'barang mahal' yang diperjuangkan habis-habisan sama CEO atau jadi mujur dengan dinikahi paksa sama tuan muda tampan kaya raya. Dunia nyata tidak begi...