Dia begitu manis saat seperti ini tetapi, semoga saja akan selalu menjadi orang yang gue kenal. - Michel Granata Adisty.
***
Di luar ini, hujan semakin deras. Dua sejoli yang berada di dalam mobil ini tak ingin berhenti, karena Leon fokus agar cepat sampai di rumah Grana. Tak berselang lama kemudian, hanya menghabiskan beberapa menit mereka sampai di depan gerbang.
Pikiran cewek itu sudah tak karuan, ia tak mau turun. Jangan sampai ia terkena air hujan, nanti Leon bisa tahu keadaannya. Benar saja, cowok itu menoleh sebab Grana masih saja diam.
Leon menghela napas berat, ia tak mau cewek itu sakit'. Ia menggenggam dingin telapak tangan Grana yang disimpan di pangkuannya, cewek itu langsung menoleh. Cowok itu tak mengucapkan apa pun, ia hanya mencopot jaketnya lalu memakaikannya pada Grana. Walaupun perhatian kecil tetapi, Grana senang mendapatkannya.
"Ntar Lo kehujanan Le!" Grana menarik lengan Leon saat cowok itu ingin membuka pintu mobilnya.
"Lo tenang aja, yang penting Lo baik-baik aja." Alhasil, Grana melepaskan genggamannya pada lengan kekar Leon. Tatapan cowok itu penuh keyakinan dan teduh, membuatnya percaya.
Manik indah itu memperhatikan Leon yang berlari saat turun dari mobil untuk membuka pintu gerbang rumah Grana, cowok itu hanya memakai kaos dan sudah basah karena hujannya deras.
"Lo ada payung gak?" Leon berteriak di bawah derasnya air hujan, membuat Grana sulit mendengarnya namun masih mengerti.
Grana membuka sedikit pintu mobil, lalu mulai berteriak memberitahu Leon.
"Gak usah pakai payung deh, mending Lo masuk mobil terus neduh dulu di rumah gue!" Leon mendengarnya, lalu mengangguk dan berlari masuk ke mobil lagi.
Setelah masuk dengan keadaan basah kuyup, Leon langsung mengendarai mobil memasukannya ke dalam garansi rumah Grana.
15 menit berlalu, Leon kini duduk di ruang tamu rumah Grana. Sedangkan cewek itu pergi ke atas untuk ganti baju, tak lama kemudian Grana sudah turun dan melihat Leon sedang memainkan ponselnya.
Grana mendekat, lalu ikut duduk di sofa depan Leon. Ia tadi meminjami cowok itu kaos oversize miliknya yang berwarna hitam polos, tadinya Leon tak mau tetapi Grana memaksa.
"Lo gak pulang?" Grana bertanya.
Leon tampak mengalihkan pandangannya ke Grana, lalu menaruh gawainya di atas meja kaca.
"Ngusir?" balasnya, bukannya menjawab malah balik nanya.
"Nanya!" Grana berdecak kesal.
"Gue males," balas Leon.
Grana mengerutkan keningnya. "Males pulang?" Leon mengangguk, suaranya terdengar berat.
Cewek ini dapat melihat, kalau cowok di depannya itu mempunyai beban pikiran. Terlihat sekali dari raut wajah Leon, tampak berat dari tatapannya.
Sebenarnya Grana ingin bertanya sekedar berbagi cerita tetapi, ia urungkan niat itu. Mungkin ia tak perlu ikut campur masalah Leon, lagipula bukan urusan Grana.
"Hem ... males aja," ujar Leon, sangat dingin.
Grana lagi-lagi mengerti, memang dugaannya benar. Ia bingung mau ngomong apa, akhirnya hanya diam. Tak ada yang bersuara, Leon pun hanya menatap cewek ini dalam diam.
"Lo belum makan, kan?" Leon baru ingat, cewek ini belum makan sedari pulang sekolah. "Cepet ganti baju, bawa jaket sama celana panjang. Kita makan di luar!"
"Harus?" Grana juga baru ingat, jika ia belum minum obat. Untung saja masih belum begitu sore, jadi ia tidak begitu telat.
"Nurut aja," ujar Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bad Girl [TAMAT]
Teen Fiction"Gue mau temenan sama Lo, boleh gak?" ujarnya, membuat Grana tertawa. "Yakin Lo? Gue jahat, gue bukan cewek dan temen yang baik buat Lo! Mending cari temen lain aja!" balas Grana, ia sadar diri ia siapa. - "Kamu!" Satu tamparan keras melayang lagi...