Kala denganmu aku bisa nyaman, apa kamu juga merasakannya? - Michel Granata Adisty.***
Nasya berlari menuju kelas XII IPS 2, tujuannya hanya ingin mengambil obat di dalam tas Grana. Dengan langkah besar, ia masuk kelas yang di sana sedang jam kosong. Syukurlah, berarti ia tidak perlu izin atau apalah dengan guru mapel.
Setelah mendapatkan sesuatu yang ia inginkan, cewek itu keluar kembali dengan tatapan-tatapan heran dari satu kelas itu.
Nasya sampai di UKS, napasnya memburu. Tetapi, yang terpenting ia sudah mengambil obat itu. Dengan segera memberikannya pada Grana, yang terduduk di atas kasur UKS.
"Minum, Na! Napas Lo udah kek gitu," suruh Nasya. Dengan membuka obat lalu membawanya pada Grana dengan secangkir air putih, di tangannya.
Susah namun, Grana tetap meminumnya. Sebenarnya ia sangat malas minum obat itu, baginya tidak penting. Toh, nanti kalau memang ia mati tetap akan mati dan sebaliknya.
"Kita ke kantin, Na!" Nasya menatap kasihan pada temannya itu, walaupun cewek itu belum pernah bercerita tetapi ia sudah mengerti.
Grana menggeleng kecil, lalu menidurkan kembali tubuhnya di atas kasur. Ia hanya butuh istirahat, Nasya menghela napas sejenak menatap gadis keras kepala ini.
"Na, Lo itu gak pengen sembuh apa?" Nasya kesal, masih saja Grana santai dengan penyakitnya.
"Gue gak berharap sembuh, gada tang ingin gue hidup!" tukas Grana, namun disela Nasya.
"Gue pengen Lo hidup, Na! Gue pengen Lo sembuh, jangan ngomongin mati kek. Gue gak suka tau," jelas Nasya. Ia ingin menangis kala mendengar ucapan Grana yang selalu berpura-pura kiat, tegar, namun sebenarnya ia sangat lemah.
"Kenapa Lo pengen? Lo kan baru kenal gue beberapa hari lalu? Jangan sok tau!"
Meskipun yang dikatakan Grana benar, Nasya baru mengenal cewek itu. Namun, dari terapan milik Grana ia sudah tau. Grana yang berusaha agar dibenci semua orang, Grana yang seakan menjadi orang jahat. Tetapi Nasya yakin, Grana orang baik.
"Meskipun gue baru berani jadi temen Lo kemarin, tapi gue udah tau kok Na. Lo suka kan, sama Leon?" balas Nasya, membuat Grana berpikir.
Grana tersenyum miring.
"Lo peduli sama gue? Leon, buat apa gue sama dia? Gak guna," elak Grana. Membuat Nasya tersenyum remeh, Grana tidak pandai berbohong soal perasaan.
'Mencintai orang yang mencintai orang lain adalah kesalahan yang paling sering dirasakan.
Grana memang bodoh, tetapi ia tidak pernah menginginkan cinta itu hadir.
"Gak usah ngelak deh Lo, dari tatapan Lo udah terlihat kok!" Grana berdecih.
"Gue gak pengin suka sama dia, gue pengen lupain cowok itu." Grana menatap langit-langit UKS, dengan tersenyum kecil.
"Kenapa, Na? Lo pikir Leon gak mungkin suka sama Lo, Lo jujur aja sana dia!"
"Gak, gue mau nikmatin ini aja. Palingan cuman sebentar kok gue ngerasain sakit ini," ujar Grana. Nasya mengkerut, ia tidak suka jalan pikiran Grana.
"Jagan bilang mati lagi, gue gak suka. Lo harus sembuh, gue bawel pokoknya!" Nasya tidak bisa membendung air matanya, kini sudah jatuh. Berkali-kali ia tahan namun, ia tahu kisah hidup Grana. Menyakitkan!
"Iya-iya, bawel!"
***
Seperti biasanya, setiap pulang sekolah Grana ganti celana. Ia naik motor besar, tidak bisa mengenakan seragam sekolah yaitu rok. Keluar dari toilet, ia segera menuju kelas. Nasya memaksanya untuk pulang bareng, tetapi ia menolak. Lagian, masih bisa naik motor sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bad Girl [TAMAT]
Teen Fiction"Gue mau temenan sama Lo, boleh gak?" ujarnya, membuat Grana tertawa. "Yakin Lo? Gue jahat, gue bukan cewek dan temen yang baik buat Lo! Mending cari temen lain aja!" balas Grana, ia sadar diri ia siapa. - "Kamu!" Satu tamparan keras melayang lagi...