Insiden yang tak pernah terduga dalam otak sederhanaku, dan ini benar-benar terjadi. - Michel Granata Adisty.
***
Pagi ini terasa kembali buruk bagi seorang Michel Granata Adisty, yang sebelumnya saat orang tua ke Jepang ia bisa makan bersama Gabriel kini sudah tidak. Itu pun ia sangat malas, mereka keluarga bagai tanpa ada namanya.
Seperti yang dulu-dulu, ia menuruni anak tangga dengan langkah gusar. Telinganya mendengar suara gelak tawa yang cukup ramai, dan itu dari ruang makan. Sampai bawah, Grana langsung melewati mereka.
Gabriel menatap kakaknya sebentar, dan akhirnya memanggil.
"Kak, sini makan!" Gabriel agak berteriak.
Orang yang dipanggil pun berhenti berjalan, beralih menoleh dan membalas tatapan Gabriel. Masih datar, Risma dan Nata juga ikut menatap tanpa ingin membuka mulut. Detik berikutnya, Grana tersenyum lalu berjalan kembali.
"Loh, kak?" Mata Gabriel mengikuti arah jalan kakaknya yang sudah mulai hilang di balik tembok.
"Udah biarin, biar dia makan di luar." Risma menyenggol lengan anak terakhirnya ini.
***
Secara kebetulan, Roy, Rehan, Reno dan Grana Samapi di parkiran sekolah secara bersamaan. Tepat pukul setengah tujuh, mereka di sana. Kini, keempat murid SMA Erlangga ini berjalan menyusuri lorong utama yang masih terlihat sepi, keempatnya berjalan berjejeran.
Seakan jalan itu adalah milik ke-empat anak ini, memang siapa sih yang tidak mengenali mereka?
Beberapa siswi kelas X dan XI yang lewat pada digodain Rehan dan Reno, sementara Roy tak sedikitpun menggubris walaupun sebenarnya mereka sengaja lewat hanya untuk ingin di sapa Roy. Mimpi?
"Cantik ... kenalan yuk sama Abang Rehan? Ganteng loh, putih lagi, plus kurus dah." Rehan cengengesan menggoda dua gadis yang lewat, mereka adik kelasnya. Terlihat malu-malu tetapi langsung lewat begitu saja tanpa membalas Rehan, membuat Reno menertawakannya.
"Han, Han. Lo mah promosi namanya, cie kagak digubris. Kalau gue jadi Lo sih malu Bre," ejek Reno, yang kini sudah tertawa ngakak.
Grana dan Roy sepanjang perjalanan tetap santai dengan langkah angkuh. Tatapan dingin dan seakan siap menikam mangsa yang berani menganggu mereka.
"Na ... Na!" Reno memanggil Grana berteriak, karena melihat cewek itu sangat beda pagi ini. "Jangan jutek amat dong, Lo kek beda Na, serem."
Satu cewek dari tiga cowok itu tersenyum simpul, lalu menaikkan sebelah alisnya.
"Apa sih Na maksudnya, sumpah loading gue lama banget dah." Rehan ikut nyahut, sembari menggaruk sikunya yang tak gatal.
"Jalan aja, ntar istirahat ke kantin tempat seperti biasa. Gue traktir, sepuas Lo."
Reno seketika melompat dan menatap intens Grana, Rehan pun begitu.
"Yang bener Na? Wih, Lo emang sahabat ter-the best gue dah Na."
"Ekhem." Mendengar deheman Roy, Rehan dan Roy langsung terkekeh kecil.
"Roy juga deh, Lo berdua kek bonyok gue sama Rehan. Jadi gak enak gue Na, Roy." Reno terlihat iba.
Cowok yang memakai pakaian sangat rapi bekas disetrika sangat licin, lengkap mengenakan dasi, dan memasukan tangannya ke dalam saku celana itu menoleh. Tatapan Roy membuat Rehan dan Reno agak ngeri, tetapi malah nyengir.
"Mau ngomong lagi, atau ditraktir Grana?"
***
Karena masih jam pelajaran, jadi di sini keadaan sepi. Biasanya juga ramai demi bolos pelajaran tetapi, karena Bu Melly berjaga jadi jarang yang berani izin ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bad Girl [TAMAT]
Teen Fiction"Gue mau temenan sama Lo, boleh gak?" ujarnya, membuat Grana tertawa. "Yakin Lo? Gue jahat, gue bukan cewek dan temen yang baik buat Lo! Mending cari temen lain aja!" balas Grana, ia sadar diri ia siapa. - "Kamu!" Satu tamparan keras melayang lagi...