[23]

284 32 0
                                    

Semakin gue benci hidup, kenapa ada saja pelangi yang buat gue kembali ingin hidup. - Michel Granata Adisty.

***

Sebuah motor merah bercampur corak hitam besar itu tengah memasuki pekarangan rumah mewah, dengan yang mengendarainya yaitu Leon. Cowok dengan dagu memerah akibat adu jotos dengan Bima karena menolong Grana tadi, mulai melangkah memasuki rumah. Tatapannya terpaku pada ruang tamu, di mana ia melihat papa dan mamanya duduk di sana. Tumben!

"Leon!" Tadinya ia ingin lewat, tetapi papanya malah memanggil.

Cowok itu hanya sebatas menengok, tak menjawabnya. Kemudian, ia duduk di samping Tia. Melihat wajah mamanya yang sedikit mencurigakan, Leon mulai menatap Doni.

"To the point, Pa!" Leon tak sabar.

Pria berkemeja biru polos itu meneguk kopi buatan istrinya terlebih dahulu sebelum berbicara, membuat Leon malas menunggu.

"Kamu tau kan apa yang papa bicarakan kemarin?" Leon menyunggingkan alisnya, perasaannya mulai tidak enak. "Pertunangan kamu dan Gabriel akan dipercepat, setelah lulus SMA kamu langsung tunangan."

Deg!

Cukup mengejutkan sekali bagi Leon, cowok itu menoleh mamanya. Tia hanya mengangguk kecil, ia tahu kalau mamanya baru saja tahu perjodohan ini.

"Itu egois Pa," bela Leon. Tia mengelus lembut punggung anak satu-satunya ini, dengan perasaan kasihan.

Padahal, Leon baru saja mengetahui kalau dirinya benar-benar sudah jatuh hati dengan Grana. Cewek kuat yang selalu begitu di matanya, cewek yang tak pernah menunjukkan tangisnya dihadapan orang lain.

"Gabriel jauh lebih baik dari cewek brengsek itu," ujar Doni, dengan tegas.

"Brengsek?" Leon berusaha menahan emosinya. "Grana?" Doni memutar bola matanya malas.

"Menurutmu?" Doni membenarkan posisi duduknya. "Gabriel gadis yang sopan, penyayang, lembut, gak bikin kamu sering berantem karena belain cewek itu. Kamu habis kelahi kan?" Sepertinya Doni memang sangat mengenal Gabriel, tetapi kenapa sangat memojokkan Grana?

"Pa!" Tia bersuara, membuat sang suami menatapnya dengan tajam.

Leon mengusap lembut telapak tangan mamanya, agar wanita itu tidak ikut bersuara takut ada kekacauan.

"Sejak kapan Papa jodohin Leon sama Gabriel? Ini namanya pemaksaan, kalau pun gak sama Grana. Leon bisa cari cewek lain Pa, gak harus Gabriel!" Dengan napas yang tak beraturan, Leon mengepalkan tangannya di sisi tubuh. "Leon sayang sama Gabriel cuman sebagai saudara, sebagai adik gak lebih!"

Doni menarik sudut bibirnya, kumis tebal itu menutupi sebagian ujungnya.

"Keputusan papa sama Hadinata sudah bulat, kalian akan kami nikahkan 4 tahun lagi. Kalau kamu menolak, papa bisa ajukan tanggalnya kapan saja," jelas Doni. "Ingat, tinggalkan cewek brengsek itu!" Doni berdiri, meninggalkan anak dan istrinya di ruang tamu dengan langkah besar.

"Dan itu egois, Papa cuman mentingin bisnis sama sahabat. Gak mikir anaknya sendiri!" Leon meninggikan suaranya namun, tak digubris oleh Doni sedikit pun.

Kenapa harus Gabriel?

Bukannya Leon tak mau, tetapi ia baru saja merasakan kenyamanan tersendiri dengan Grana. Cewek yang belakangan ini sering mengisi kepalanya, siapa pun tolong! Cowok ini sedang pusing sekarang, tak tahu harus bagaimana.

Salahkah ia menolak?

"Yakin Sayang, kalau kamu sayang sama Grana perjuangkan yah. Jodoh ada ditangan Tuhan, masih ada waktu untuk kamu tunjukkan sama papa kalau Grana adalah cewek baik-baik." Tia menangkup kedua pipi Leon, dengan pandangan teduh. "Mama tau kalau Grana pernah mabuk-mabukan, pernah balapan liar. Dan itu ada alasannya, bukan?"

Just Bad Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang