Gue harap, Lo baik-baik saja. - Michel Granata Adisty.
***
"CIEEEE!"
Seisi satu ruangan itu meneriaki dua sejoli yang sedang dilanda asmara, lama tak jumpa ceritanya. Bahkan, Nasya tanpa malu senyam-senyum di depan Roy.
"Tapi gue gak kangen wlek." Roy menjulurkan lidahnya, nampak lucu bagi Nasya juga mereka semua.
"Ishh, bilang aja bo'ong, ya kan?" Dengan pedenya Nasya kembali menggoda Roy.
"Gak ada alesan buat gue sak kangen sama Lo, Sya." Terakhir yang membuat mereka terbawa perasaan, karena Roy mengucapkan kalimat tersebut diiringi dengan mengacak-acak rambut Nasya jahil.
Nasya yang sudah salah tingkah kini langsung menaruh bingkisan yang ia bawa buat Grana, lalu menghampiri Grana dan merangkul sahabatnya itu.
"Kapan Lo pulang ke rumah, Na? Biar bisa cepet sekolah lagi hehe," ujar Nasya sembari becanda, tetapi memang ia sangat merindukan waktu-waktu ia bersama Grana di sekolah.
Grana menonyor kepala Nasya pelan, lalu tertawa renyah.
"Sekolah-sekolah, udah mau lulus kali. Gue koma 3 bulanan kan, ini udah bulan April kali." Grana yang tiba-tiba merubah ekspresi wajahnya, ia merasa kecewa karena tidak bisa melewati masa putih abu-abunya dengan ria. Dan waktunya tinggal 1 bulan lagi itu saja untuk ujian, lebih-lebih ia harus pindah ke Tokyo.
Apa yang harus ia katakan pada Nasya, Roy, Reno, Rehan? Bagaimana mungkin ia bisa jauh dengan mereka yang selama ini bisa menghiburnya disaat-saat terpuruk?
Ah, ingin sekali Grana lenyap dari dunia saat keadaan sudah seperti ini. Kalau saja kakaknya belum mengatur semuanya, ia bisa menolak. Tapi bagaimana juga, Daren sudah berkorban selama ini untuknya.
"Na, Lo kenapa murung kek gitu?"
"Hah?" Grana terkejut saat tiba-tiba Nasya menyadarkannya dari lamunan.
Yang di sana juga menyadari saat raut wajah Grana murung, tampak lesu dan bersedih.
"Eh enggak kok, gue pusing aja. Butuh istirahat kaki ya," bohong Grana.
Ia perlu berbicara berdua dengan Daren, mungkin ini maksudnya agar mereka mengerti jika dirinya meminta halus agar yang di sana pulang atau paling enggak keluar sebentar dari ruangan.
Tia yang merasa peka terhadap apa yang dibicarakan Grana, langsung mengajak suaminya dan pamit pulang terlebih dahulu.
"Sayang, kayaknya tante harus pulang dulu deh. Besok kalau Grana pulang, Tante kabarin yah biar kita jenguk ke rumah." Tia menengahi kerumunan itu, lalu mengelus pundak Grana bermaksud pamit.
"Umm iya deh Tante, nanti kalau bisa Grana kabarin." Grana membalas dengan hati-hati sambil melirik kakaknya, dibalas senyum tipis yang lembut.
Setelah Tia dan Doni keluar, tampaknya masih belum ada tanda-tanda mereka pergi. Mungkin tidak lama lagi, tetapi Grana juga tak masalah. Ia hanya khawatir mereka menanyakan mengenai sekolah dan kepulangan, karena ia tak mau berbohong.
"Eh Na, gue bawa salah satu makanan kesukaan Lo nih. Gue ambilin terus Lo makan yak?" Nasya dengan semangat berjalan ke arah meja dekat sofa untuk mengambil bingkisan yang ia bawa tadi, lalu kembali pada Grana.
Awalnya Grana agak canggung karena keadaan tadi namun, kini ia mulai bisa bernafas agak lega. Dengan Leon yang masih di sampingnya, duduk agak di belakangnya.
"Apaan Sya?" Grana pura-pura penasaran, padahal pikirannya sedang berkecamuk.
"Bubur kacang hijau nih, makanan fav Lo juga kan selain nasgor wkwk." Nasya ketawa-ketawi sambil mengeluarkan sekotak bubur itu, lalu membukanya agar dilahap oleh Grana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bad Girl [TAMAT]
Teen Fiction"Gue mau temenan sama Lo, boleh gak?" ujarnya, membuat Grana tertawa. "Yakin Lo? Gue jahat, gue bukan cewek dan temen yang baik buat Lo! Mending cari temen lain aja!" balas Grana, ia sadar diri ia siapa. - "Kamu!" Satu tamparan keras melayang lagi...