Nyatanya, dibalik kebahagiaan tersimpan sakit yang mendalam. - Michel Granata Adisty.
***
Perlahan, Grana mulai mengerti tentang Leon. Bagaimana cowok itu bersikap kepadanya, dan bagaimana cara Leon memberi perhatian kecil untuknya.
Hari ini adalah hari yang terdapat secuil kisah manis juga, hari dimana Grana khawatir akan hatinya. Cowok yang telah lama ia suka, berkata kalau dirinya ingin menjaganya. Namun, ia juga tak gampang percaya kalau tidak ada bukti. Grana mulai berprasangka baik, ia ingin mencoba melihat seberapa jauh Leon berpura-pura.
"Na! Lo dicariin Leon tuh di depan kelas." Salah satu siswi kelas Grana yang kebetulan melewati tempat duduknya, menyampaikan itu padanya.
Grana menatap isi kelas kemudian, mendapati Gabriel yang duduk tak jauh dari dirinya sedang terlihat fokus dengan buku tebal yang jelas sebuah novel remaja itu. Ia tahu, sebenarnya Gabriel mendengar tetapi drama agar terlihat tak mendengarnya. Serta, mereka yang tahu jika Gabriel selama ini dekatnya dengan Leon bukan Grana, ikut menatap cewek bertatapan tajam itu.
"Sya!" Grana menyenggol lengan Nasya, cewek itu langsung menoleh.
"Mereka salah sangka," balas Grana.
Nasya mendengus pelan.
"Denger ya Na, Lo tuh ceweknya. Gak usah malu napa, lagian kan sodara Lo bukan siapa-siapanya Leon!" Nasya berargumen. "Keluar aja dah, temuin tuh anak!" Nasya mendorong pelan punggung kecil Grana.
Yah ... Nasya benar. Gabriel memang bukan siapa-siapa dari Leon, meskipun Grana tahu jika adiknya juga memiliki rasa yang lebih pada cowok yang kini menyandang status sebagai pacarnya. Walaupun, ia berkata tidak menginginkan hubungan itu. Tetapi, jujur hatinya senang.
"Heh kalian, gak usah syirik kali sampe mandang Grana kek gitu? Gak dia dong, penting gak ngerugiin Lo pada!" Nasya berdiri, memberitahu pada teman cewek sekelasnya.
Grana menarik baju Nasya agar duduk, dan dengan segera ia berdiri dan berjalan keluar kelas.
Benar saja, di depan kelas, Leon sedang duduk dan menyender ke tembok bercat silver ini.
Grana melipat kedua tangannya di depan dada, masih berdiri menatap cowok itu dengan alis terangkat.
"Habis pulang sekolah, Lo ikut gue ke rumah!" Grana berdecak mendengar penuturan Leon, perasaan sudah ketiga kalinya 8a mendengar itu.
"CK! Ngapain sih Lo ngajak gue, gak ada cewek lain apa?" kesal Grana. "Jangan-jangan Lo mau ngapa---" Leon menyahut terlebih dahulu.
"Cewek gue cuman Lo, dan mau apa? Lo kira, gue mau perkosa Lo? Ada nyokap sama bokap di rumah, gak usah mikir aneh-aneh!" Kali ini, Leon berdiri. Tepat di depan Grana hanya berjarak 15 centimeter dari matanya.
Jujur saja, Grana terbawa perasaan. Leon selalu menyebutkan jika ia adalah ceweknya, seakan-akan dirinya adalah milik cowok itu. Ia hanya takut, jika ia akan kecewa untuk yang kesekian kalinya.
"Habis pulang sekolah, gue tunggu Lo di parkiran. Kalo sampe Lo gak datang, gue pastiin bakal cari Lo dan culik Lo!" Berbicara seperti ini, Leon terlihat sangat mengerikan di mata Grana. Cowok itu selalu mengalahkannya, sampai-sampai ia selalu luluh.
Cewek yang mengenakan gelang tangan hitam itu berusaha terlihat acuh dan biasa saja, padahal Leon tahu jika cewek itu sedang nervous.
"Gak usah tegang, gue gak bakal culik Lo!" Sebelum ia pergi melangkah meninggalkan Grana, cowok itu malah mengacak-acak rambut bergelombang milik cewek itu. Lantas, hatinya melayang seketika.
![](https://img.wattpad.com/cover/242253464-288-k712033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bad Girl [TAMAT]
Teen Fiction"Gue mau temenan sama Lo, boleh gak?" ujarnya, membuat Grana tertawa. "Yakin Lo? Gue jahat, gue bukan cewek dan temen yang baik buat Lo! Mending cari temen lain aja!" balas Grana, ia sadar diri ia siapa. - "Kamu!" Satu tamparan keras melayang lagi...