[47]

359 41 28
                                    

SUKA? VOTE!
GAK MAKSA OKE◉‿◉

SATU ATAU DUA PART LAGI INSYAALLAH TAMAT.

MAKASIH UDAH MAU BACA PLUS MAMPIR.

Tak ada kebenaran kata indah pada waktunya, karena tanpa kita merubahnya semua akan tetap sama. Leon untuk Grana.

***

Beberapa kali gadis itu menghela nafas, masih sama dengan berat dan gusar. Ia sudah bilang, dirinya itu tidak bisa mengikhlaskan. Tetapi kini terlanjur, toh mereka juga tak akan mengerti kalau dirinya pergi sekarang.

"Kak, kita ke indo lagi kapan?" Sebenarnya dia tak mau menanyakan hal ini, karena takut membuat beban pikiran Daren.

Sudah Grana duga, Daren langsung menoleh dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Kenapa? Kita aja masih di Indonesia loh ini," tanya Daren. Grana hanya menunduk, dia tak tega melihat raut kakaknya.

"Enggak kok Kak, cuman tanya aja hehe."

Grana gak ikhlas meninggalkan temen-temen kakak, tapi dengan ini moga Grana bisa bahagiain kakak.

Grana dapat mendengar jika Daren membalasnya dengan berdehem, sembari mengisi suasana canggung ini, Grana membuka ponsel. Di lockscreen menunjukan pukul setengah 9 lebih, itu artinya ia hampir mau terbang.

"Lama ya kak," ujar Grana, memecah keheningan antara mereka berdua. Kalau keadaan mah ramai, namanya juga bandara.

***

"Makasih Lin, ntar kasih tau gue materinya oke?" Gadis bernama Linda itu hanya mengangguk mengiyakan Gabriel, karena melihat temannya itu sepertinya sedang buru-buru.

Gabriel memakai sepatunya dengan cepat, baru saja ia keluar dari ruangan ujian. Matanya melirik jam tangan mahalnya, langsung saja bola mata itu melotot.

"Aduh, 12 menit lagi." Selesai dengan kegiatannya, ia langsung berlari menuju parkiran membawa Tote bag putih miliknya.

Harus ketemu Grana.

Tak mungkin ia tak menjadi sorotan murid-murid, hampir yang ada di parkiran menatapnya aneh karena cepat-cepat. Tak peduli, urusannya sendiri kan?

"Gue harus cepat," ujarnya sembari masuk mobil.

Mobil siapa?

Kalian tahu, semenjak Grana masuk RS kemarin Gabriel jadi bisa nyetir mobil. Karena dia sering bepergian dari rumah ke RS sendirian, jadi papanya membelikan ia mobil.

Mobil itu dikendarai dengan kecepatan diatas rata-rata, dalam pikirannya hanya ada harus menemui Grana dan mengajak kakaknya itu kembali ke rumah.

***

Di sisi lain, Leon sedang melaju kencang mengendarai motornya menuju bandara. Tak ada lagi pikiran selain menemui Grana, ia harus berhasil membawa gadis itu kembali. Harus!

Tak lupa ia membunyikan klakson saat mengeluh puluhan mobil dan motor yang berlalu lalang, sampai bunyinya mengisi keramaian di jalan raya pagi menuju siang ini.

Just Bad Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang