Tuhan itu maha tahu, kalau Dia sudah menakdirkan seperti ini aku pun tak bisa melawan. Sesakit dan sekecewa apa pun itu, takdir Tuhan tetap takdir yang harus diterima. - Michel Granata Adisty.
***
"Na, gue pulang duluan ya. Ada sesuatu nih hehe," pamit Nasya.
Awalnya Grana hanya diam mengamati gadis ini tetapi, akhirnya mengangguk. Karena dari wajah Nasya, tampaknya sedang berbahagia.
"Sama Roy, ya?" tebak Grana, iseng.
Nasya langsung malu-malu, lalu menyenggol lengan pendek Grana sembari lewat.
"Shhht! Tau aja sih Lo Na, biar gue bahagia dikit gitu." Nasya nyengir dan akhirnya keluar meninggalkan Grana yang masih duduk di bangkunya, ia tinggal sendiri.
"Hati-hati Sya, dia dingin loh cowoknya!" teriak Grana saat Nasya masih terlihat di depa pintu, kemudian temannya itu menoleh dan tersenyum.
Setelah ini, ia mengamati tasnya. Dia baru teringat sesuatu, di mana Gabriel? Bukannya cewek itu tadi pagi berangkat bersamanya, Grana mulai berdiri dan berlari keluar kelas.
Dan ternyata, adiknya itu dari toilet berjalan santai menuju kelas.
"Loh, kakak belom pulang?"
"Terus Lo mau bareng siapa, kalau gue pulang?" tanya Grana, hampir emosi.
Gabriel tidak menjawab lagi, ia hanya menunduk.
"Maaf Kak, tadi gak bilang dulu." Grana langsung meninggalkan cewek itu ke dalam kelas buat mengambil tasnya, tanpa membalas perkataan Gabriel.
"Mau pulang gak Lo?" Grana sinis, lewat adiknya duluan untuk segera sampai di parkiran.
Menyadari jika kakaknya sudah dulu ke bawah, gadis manis ini langsung berlari mengikuti Grana.
***
Di parkiran, Grana baru saja kaget. Karena seseorang tengah duduk di dalam mobilnya, tepat di tempat pengemudi.
"Lo ngapain di mobil gue, mau nyolong?" Grana meninggikan suaranya, heran dengan kelakuan cowok itu. "Keluar gak Lo?!"
Dengan tanpa rasa bersalah, Leon langsung turun dari mobil Grana. Cewek itu baru sadar, kalau tadi pagi tak mengunci mobilnya.
"Suara Lo gak bisa dikecilin dikit?" Leon menatapnya intens, karena ia lebih tinggi jadi harus membungkuk menatap Grana. "Kasian kuping gue," ujarnya lagi.
Grana pun menatap cowok itu, perasaan tadi siang waktu istirahat mulai terasa kembali. Saat ia dan cowok itu saling menatap teduh lalu berpelukan untuk menyalurkan perasaan masing-masing, ia ingat betul rasa itu.
"Minggir deh Lo, gue mau pulang." Grana menepis tubuh Leon, tetapi tidak bisa. "Leon!" Grana menarik jaket hitam cowok itu, agar bisa lewat.
Di belakang mereka, Gabriel baru saja melihat keduanya. Dengan tersenyum senang, meskipun ada rasa sakit yang menjanggal di hati. Tetapi, setidaknya ia sudah bisa merasakan kalau saudara kembarnya itu lebih sering tertawa sekarang dengan bersama Leon.
"Gab, sini bentar!" Leon memanggil Gabriel karena melihat cewek itu berdiri di belakang, diikuti oleh Grana yang menoleh pada adiknya.
Merasa terpanggil, gadis itu pun langsung berjalan anggun ke sana.
"Ada apa, Le?"
"Lo pulang sama Gerry ya, biar dia yang nyetirin mobil Lo." Leon mengambil ponselnya dari saku celana, lalu menelpon seseorang. "Anterin Gabriel pulang, dia masih di sekolah. Ajak Danil, biar fiabawa motor Lo!" Tak berselang lama, sambungan telpon itu ia akhiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bad Girl [TAMAT]
Teen Fiction"Gue mau temenan sama Lo, boleh gak?" ujarnya, membuat Grana tertawa. "Yakin Lo? Gue jahat, gue bukan cewek dan temen yang baik buat Lo! Mending cari temen lain aja!" balas Grana, ia sadar diri ia siapa. - "Kamu!" Satu tamparan keras melayang lagi...