Sesakit apa pun itu, gue tetep gak bisa nangis di depan Lo. - Michel Granata Adisty.
***
Awalnya, cewek itu tak peduli. Tetapi, karena berpikir beberapa kali, akhirnya ia memutuskan untuk mengembalikan ponsel milik Leon yang tak sengaja tertinggal di atas brankar waktu ia pingsan tadi.
Grana berjalan angkuh seperti sediakala, meskipun baru saja tak sadarkan diri. Dua selalu terlihat kuat di mata orang lain, ya selalu begitu karena keinginannya sendiri.
Tak jauh dari lantai 3, baru saja ia akan menaiki tangga. Tetapi, dering ponsel yang ada dalam genggamannya bergetar. Menandakan seseorang tengah menelpon, dan itu milik Leon. Grana terhenti, mengangkat ponselnya dan melihat nama dalam layar tersebut.
Seketika, Grana tersenyum getir.
Cewek dengan seragam ketat itu menekan tombol hijau dan menggesernya ke atas, lalu menempelkan ke telinganya. Ingin mendengar apa yang akan dikatakan Gabriel, meskipun ini lancang.
'Makasih Le, kamu udah mau baik sama kakak. Sebaiknya, mulai sekarang kamu gak usah sering ketemu aku lagi yah. Buat kak Grana bahagia.'
Tut!
Grana langsung menutup sambungan telepon dari Gabriel itu, hatinya terlalu rapuh baru mendengar kata-kata itu saja.
Bagaimana hatinya tidak patah? Kemungkinan besar, Leon selama ini baik padanya hanya karena menuruti Gabriel.
Padahal, gadis itu pikir kemarin dan akhir-akhir ini Leon baik memang benar-benar baik. Bukan ada keterpaksaan dari orang lain, dan itu salah besar.
Mulai sekarang, Grana sadar. Ia hanya orang baru, yang merusak hubungan saudara dan orang yang ia sukai. Ia tahu, Leon tak akan menyukainya dan cowok itu saling mencintai dengan Gabriel.
Sudah payah, cewek ini menahan air matanya agar tidak jatuh. Sesak dalam dada mulai menyeruak, ia meremas ponsel dengan logo bermerek milik Leon itu untuk menguatkan dirinya. Mungkin, orang akan melihatnya tanpa beban dan luka. Tetapi itu salah, dia selalu menderita selama ini.
"Akhirnya, Tuhan kasih tau gue. Kalau gue, emang gak pernah bertakdir dengan Lo Le," lirihnya, dengan sesak.
Grana menengadahkan wajahnya, agar air mata segera kering dan tidak akan pernah jatuh. Tetapi, suara seseorang membuatnya terkejut.
"Kalau mau nangis, gak usah ditahan. Lo bukan cewek kuat," ujar Leon datar. Membuat Grana memutar tubuhnya, ia tidak akan membiarkan cowok itu melihatnya meneteskan air matanya.
"Hp Lo!" Grana segera memberikan benda pipih itu di tangan Leon, lalu berlalu akan meninggalkan cowok itu. Namun, tangannya ada yang menahan.
Alhasil, Grana menoleh. Karena posisinya ia sedang menaiki tangga, dan Leon ada di sisinya. Hanya saling membelakangi, tetapi wajah mereka benar-benar dekat dari samping.
"Mata Lo gak bisa bohong, sekuat apapun Lo pura-pura kuat di depan gue. Tetep gue bakal tau, karna Lo emang lemah." Leon masih menahan lengannya.
"Gue bukan cewek lemah," elak Grana, mencoba menahan sakit hatinya. Karena, orang yang ia inginkan juga menyudutkannya.
"Lo pernah nangis!" Kali ini, ucapan Leon terdengar seram di telinga Grana.
'Gimana gue gak nangis, Lo juga sering gue tangisin.' balas Grana dalam hati.
Grana menarik tangannya, agar cowok itu melepaskannya. Namun, Leon tetap menahannya.
"Gue nangis bukan berarti gue lemah, hanya karena gak ada kesempatan buat gue seneng." Grana menghentakkan lengannya, mungkin kini memerah akibat cekalan dari Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bad Girl [TAMAT]
Teen Fiction"Gue mau temenan sama Lo, boleh gak?" ujarnya, membuat Grana tertawa. "Yakin Lo? Gue jahat, gue bukan cewek dan temen yang baik buat Lo! Mending cari temen lain aja!" balas Grana, ia sadar diri ia siapa. - "Kamu!" Satu tamparan keras melayang lagi...