[24]

296 32 0
                                    

Ada sebuah kejutan yang membuat gue senang, dan gue harap kedepannya selalu begitu. - Michel Granata Adisty.

***

Tidak seperti biasanya, kini mereka kumpul tanpa satu teman. Roy, Rehan dan Reno sedang berada di warung Bu Anjas, bersama teman-teman anak SMA sebelah yang sering kumpul dengan mereka.

Rehan memperhatikan Roy yang duduk agak berjauhan, dengan menyenggol lengan besar Reno agar cowok itu juga ikut menatap di mana salah satu sahabatnya.

"Tong, itu anak telponan sama siapa yak? Tumben amat dia kek gitu," cetus Rehan, cowok berhoodie kuning kunyit itu berbisik di telinga Reno.

"Ya mana gue tau Han, kan gue enggak nanya Roy?" Rehan seketika menjitak kepala Reno, karena cowok itu bukannya ikut berbisik malah berbicara keras. Hingga menimbulkan Roy meliriknya, serta teman-teman yang lain ikut menoleh. "Sakit Han weh!" Reno mengusap-usap kepalanya.

Cowok itu kini menjadi bahan perhatian, namun ia tak takut atau malu. Tetapi, lirikan dingin Roy yang membuatnya agak merinding.

"Mampus Lo Han, siapa suruh urusin hidup tuh sahabat kutub Lo!" Reno menepuk keras punggung Rehan, karena cowok itu ukuran tubuhnya dengannya lebih kecil jadi mampu tersentak.

"Eh Tong! Kayaknya Lo punya dendam ya sama gue, orang langsing kek gini Lo siksa," oceh Rehan, yang kini hampir semuanya tertawa karenanya. "Apa ketawa-ketawa? Ada temennya nelangsa ditilongin kek, bukak ditertawain!" Semuanya langsung berhenti dengan tawanya tetapi, masih tertawa dalam diam dan itu lucu sekali.

Tanpa Rehan sadari, seorang cowok tengah menarik jaketnya dari belakang. Lantas ia menoleh, dan ternyata Roy menatapnya datar.

"Eh, kenapa bor? Anu kan, gue tadi kagak ada niat buat anu kok. Itu loh Roy, cuman anu aja aduh ... " Rehan sangat gugup, sampai-sampai Roy memotongnya duluan.

"Gue pulang duluan," ujar Roy, singkat.

"Oooooooh," balas Rehan.

Reno ikut mereka, membuatnya bisa mendengar suara eksotis Roy.

"Mau ke mana Roy?" Kali ini Reno yang bertanya.

"Gue ada urusan," balas Roy. Sebenarnya Reno masih penasaran ingin bertanya urusan apa, tetapi karena Rehan lebih dulu meliriknya membuatnya tidak jadi.

"Eh, iya deh Roy. Biar ntar si lidi anterin gue," ujar Reno mengerti, karena memang biasanya ia bareng Roy kalau ke sini. Dan si lidi, adalah Rehan karena tubuhnya yang paling langsung di antara mereka. Roy berotot dan tinggi sementara Reno gendut, dan Rehan hanya tukang dikasih secuil daging.

Roy mengangguk, dan tak banyak omong. Dengan jabat tangan persahabatan, cowok bertubuh tinggi itu meninggalkan mereka dengan motor besarnya.

"Andai aja Lo mau cerita ke gue Roy ... "

"Bakal Lo apain?" sela Reno, membuat Rehan geram dan tak jadi melanjutkan perandaiannya.

"Gue kawinin, capek gue temenan sama Lo Tong!" Reno tak tertawa, malah ia murung. "Canda Tong, kalo gue capek kenapa kita sampe tiga tahun sih?" Rehan menepuk pundak Reno dengan menyalurkan semangat, membuat yang ditepuk tersenyum.

***

Uhuk-uhuk!

Baru saja cewek mengenakan piyama polkadot hitam itu meminum obatnya, malah ia mendengar suara seperti orang sedang batuk.

Terdengar samar-samar, tetapi itu membuat Grana bangkit dari duduknya. Suara itu tak jauh dari kamarnya, dan ia yakin kalau itu suara milik Gabriel.

Just Bad Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang