Saat ini, masih kosong. Untuk pulih saja, mungkin butuh waktu yang cukup lama. - Just Bad Girl.
***
"Gue udah telepon berkali-kali Roy, Gab. Tapi gak sama sekali diangkat," jelas Nasya setelah menghubungi Roy dengan ponselnya.
Sejak tadi siang menghantarkannya ke sini, batang hidung Roy sudah tak terlihat lagi. Serta memang akhir-akhir ini cowok yang dekat dengannya itu suka hilang-hilangan tanpa ia ketahui, intinya sejak Grana sakit cowok itu semakin suka menghilang entah ke mana.
"Coba wattsapp aja, Sya." Gabriel memberi usul.
Nasya menggeleng, memperlihatkan layar ponselnya pada Gabriel. Bahwasanya cowok itu WA-nya terakhir dilihat beberapa menit yang lalu, dan pesannya juga sudah centang dua abu-abu.
"Atau mau Om pesenkan taksi online saja, Nasya?" Nata menawari, dengan wajah yang terlihat banyak pikiran.
"Em, kayaknya gak perlu repot-repot deh Om. Bentar lagi Roy ke sini kok," tolak Nasya halus, seraya meyakinkan bahwa Roy akan ke sini menjemputnya.
Nata menghela napas gusar, mungkin yang dikatakan Nasya ada benarnya juga.
"Nak Nasya, udah malem ini. Biar dipeseinin Om taksi aja ya?" Risma yang baru saja menengok jam dinding kamar itu, ternyata sudah pukul setengah 11 malam lebih.
"Tap--tapi Tan ... "
"Malem Om, Tante," sapa Roy yang baru masuk ruangan itu, tetapi ada yang aneh. Wajahnya terlihat pucat, seperti kelelahan dan kurang tidur.
Nasya tersenyum simpul, kekhawatirannya berkurang sekarang. Tetapi melihat raut wajah Roy, perasaannya tidak enak. Sepertinya cowok itu sedang sakit, namun ia tak mau terlalu menunjukkan itu.
"Ya udah Tan, Om, Nasya pulang dulu yah sana Roy." Nasya langsung berdiri di samping Roy dengan membawa hoodienya, lalu bersalaman dengan Risma juga Nata. Dan disusul oleh Roy, dengan wajah senyum dipaksakan.
"Hati-hati ya di jalan, jangan kebut-kebutan Roy. Jagain pacarnya baik-baik, jangan sampai lecet."
Mendengar pesan Risma, Roy dan Nasya saling berhadapan dengan mata beradu pandang. Pacarnya?
"Ihhh apaan sih Tante?" Nasya salting.
***
Mengetahui keadaan adiknya yang semakin hari semakin memburuk, membuatnya harus cepat bertindak. Sudah hampir satu bulan Grana tertidur di atas brankar rumah sakit', melihat wajahnya saja cewek itu belom pernah sejak ia lulus SMP kecuali video call.
Pemuda dengan hoodie hitam serta bertopi hitam juga celana warna senada itu menaiki mobilnya setelah baru keluar dari apartemen miliknya, tanpa lama-lama ia langsung menyalakan mesin mobil dan mengendarainya dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit.
Memang banyak yang penasaran dengan keberadaannya selama ini, kenapa ia seperti menghilang setelah Grana masuk rumah sakit. Tetapi, setiap Nata menanyakan administrasi pada suster ternyata sudah dibayar oleh seseorang. Dan itu tidak lain adalah dirinya, ia selalu hadir menemani adiknya. Namun, disaat semua orang sudah tak sadar akan hal itu.
"Halo, oke Gam nanti sesudah subuh kita langsung aja." Daren mendapat telepon dari dokter Agam, setelah memasang earphone ia menjawabnya.
"Oke, aku ke sana."
Sambungan itu terputus, karena Daren yang mengakhirinya. Hingga tak terasa sudah sejam setengah berkendara dan kini sampai di pelataran RS Budi Jaya tempat Grana di rawat.
Dengan langkah besar, dirinya melewati koridor rumah sakit ini.
Inilah yang selalu ia lakukan, menemani Grana disaat pukul 1 sampai subuh, karena setelah itu ia yakin orang tuanya akan ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bad Girl [TAMAT]
Teen Fiction"Gue mau temenan sama Lo, boleh gak?" ujarnya, membuat Grana tertawa. "Yakin Lo? Gue jahat, gue bukan cewek dan temen yang baik buat Lo! Mending cari temen lain aja!" balas Grana, ia sadar diri ia siapa. - "Kamu!" Satu tamparan keras melayang lagi...