[50]

297 32 0
                                    

Indonesia

20.48 WIB

Gadis yang sebelumnya selalu terlihat sumringah, kini berubah 180⁰. Karena pikirannya sedang berkecamuk, dari Grana yang telah pergi jauh tanpa memberitahunya. Sampai papinya yang tiba-tiba jatuh sakit saat ia pulang tadi, tetapi untung saja hanya demam.

"Na, kenapa sih Lo gak ngabarin gue dulu?"

Ding Dong

Terdengar notifikasi telepon dari ponselnya namun, ia tak menggubrisnya sampai bunyi itu berulang 5 kali lebih.

Ding Dong Ding Dong

"Siapa sih?" Dengan sangat malas beranjak dari sofa menuju ranjangnya untuk meraih ponsel.

"Hah?" Kedua matanya melotot, terkejut. "Bisa-bisanya gue biarin Grana nelpon gue dan gak gue angkat!"

"Gue harus telpon balik," ujarnya kesal dengan diri sendiri.

Saat ia mulai memanggil nomor Grana, tetapi kata operator sedang berada dalam panggilan lain.

Namun, selang beberapa menit ada panggilan untuk bergabung dengan teman-temannya termasuk Grana.

"Grana!" Nasya refleks memanggil nama Grana dengan keras.

Rupanya, sambungan telepon vedeo call mereka gabungkan dengan teman yang lain. Ada Reno, Rehan, dan Roy.

"Hei Sya, gue kangen Lo." Terlihat senyum kecil Grana di layar ponselnya, tetapi ia balas dengan bibir manyun.

"Enggak, gue gak kangen Lo ih."

Grana juga tahu, kalau sahabatnya itu sedang berbohong pastinya.

"Haha, gue tau kok." Grana membalasnya.

"Sebenernya si cempreng tuh kangen Na, tapi dia gengsi buat bilangnya." Rehan menyahut sedang julid.

"Ih, gue Nasya bukan cempreng ya Han!"

"Ehmmm, ada gue." Roy menatap Nasya di layar ponselnya.

"Awas Han, cowoknya ganas haha." Reno menyahut dengan tawanya juga.

"Eh, btw maafin gue ya. Karena gue gak bilang dulu ke kalian kalo berangkatnya hari ini, dan gue pergi jauh." Grana menarik perhatian mereka berempat, membuat suasana telepon jadi sedih. "Gue takut kalo gur bilang, gue gak bisa lihat muka kalian karena gue takut gak jadi ikut ke sini. Kalian pasti ngerti kan?"

Wajah Grana di sebrang negara nan jauh sana, terlihat masam. Sedih campur bahagia, tetapi lebih didominasi dengan kesedihan.

"Na, gue gak apa-apa sebenernya. Karna kita masih bisa bertemu, tapi gimana kalo Lo mau cerita? Gimana kalo Lo sedih, gue gak bisa dong jadi pendengar Lo secara langsung." Itu yang dipikirkan Nasya.

Grana tersenyum kecil lagi, dengan mata berkaca-kaca. "Gue bisa kok, kan nanti bisa teleponan."

"Gak Na, gue gak terbiasa."

"Ntar juga biasa tanpa gue di sana Sya, Lo mau kuliah kan? Gapai cita-cita Lo jadi dokter, ntar kapan-kapan kita ketemu kalo gue dah capai apa yang gue inginin juga." Grana bermaksud menenangkan, karena ia juga tidak terbiasa.

Grana harap, harapan mereka semua bisa terwujud dengan usahanya masing-masing.

"Lo jaga diri ya Na di sana," pesan Reno dengan sayang. "Ntar kalo ke Indonesia, jangan lupa traktir gue hehe." Wajah yang terlihat hanya memikirkan makanan itu terkekeh.

"Makan ae Tong, Tong." sambar Rehan.

"Tenang aja, ntar kalo main ke indo gue traktir ya Ren." Grana menimpali dengan ketawa kecil.

***

Beberapa bulan telah berlalu, kini masing-masing nama memiliki kegiatan sendirinya. Mulai dari Nasya dan Roy yang sibuk berkuliah di kampus yang sama. Sampai pada Leon, yang suka menyendiri dan kembali dingin pada siapa pun di universitas maupun rumah.

Cowok dengan smartwatch di lengan kekarnya itu berjalan sendirian menuju kelasnya, tak peduli beberapa teman cewek yang memperhatikan dengan memanggilnya.

"Leon!"

Suara cewek yang tak ia kenali membuatnya menghela nafas berat, lalu terhenti dari langkahnya.

"Kebetulan kita satu kelas, boleh jalan bareng kamu?" ujar cewek bersuara lembut itu, terdengar sopan pula.

Leon menoleh sedikit, namun tetap terlihat paras ayu cewek itu.

Wajah bulat dengan poni menyamping, rambut tak terlalu banyak layer dan mata bulat. Sedikit membuat terkagum, tetapi selanjutnya ia kembali menoleh depan dan berjalan tanpa membalas cewek itu.

"Aku Sindi," ujarnya mengenalkan namanya. "Gak apa-apa kalo gak boleh kok Leon, aku di belakangmu aja."

"Ayo!"

***

UNIVERSITY OF TOKYO - JEPANG

Di sini, tempat gadis dengan rambut pendek itu berkuliah. Di sini pula, Grana mendapatkan banyak teman. Mereka sangat akrab dan saling membantu, ini membuatnya sangat betah.

Karena bagaimanapun, di Jepang sangat terkenal dengan kedisiplinannya. Para mahasiswa ataupun mahasiswi sangat kompak, orangnya juga ramah-tamah.

"Asuka, makasih ya udah bantu ngerjain." Teman yang pertama kali ia kenal di Jepang adalah Asuka, karena jarak rumah kakaknya dekat dengan rumah cowok itu.

"Iya Na, senang membantumu."

***

Nb : untuk percakapan Grana di Jepang anggap aja udah ada subtitle ya pake bahasa Indonesia 😂 biar kagak bingung

Just Bad Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang