"Aku melihat sisi lain dimana orang lain tidak melihatnya darinya."— Eileen Shura Brawijaya.
Pintu loker tertutup dengan keras, bahkan menimbulkan suara yang nyaring. Pelaku yang melakukannya menyandarkan tubuh di loker sembari bersedekap, menatap temannya yang tengah memasukkan beberapa buku ke dalam lokernya sendiri.
"Gue kesel banget! Masa Vino batalin janjinya mau jalan nanti malam! Punya pacar buat apa coba kalo malam minggunya justru dirumah mulu!" gerutu Claudia.
"Ya ampun, Cla! Ini baru pertama kali kan malam Minggu dirumah sejak lo pacaran sama Vino? Lagian selama setahun ini kan tiap malam minggu kalian selalu keluar, sekali-kali lah," ujar Eileen.
"Ah gak asik! Tuh si Ayodhya masa tadi dijemput di kelasnya sama pacarnya, mau jalan! Si Paris sama gebetannya, tinggal gue doang sama lo!"
"Kenapa emangnya? Gak suka lo ditinggal sama gue?" tanya Eileen lalu menutup dan mengunci pintu lokernya.
"Bukan itu!" seru Claudia mengikuti Eileen yang sekarang berjalan menuju keluar gedung sekolah. "Eh tapi si Kevin ngajak gue keluar juga nanti malem, menurut lo terima aja gak?"
"Cla, lo udah punya pacar."
"Ya kan sekedar jalan aja, apa salahnya? Lagian gue kan gak selingkuh, gak punya perasaan apa-apa ke Kevin. Ibaratnya sama aja kaya gue keluar bareng kalian, temen gue cuma gendernya beda."
Jawaban dari Claudia seakan menyentilnya. Dia tidak bisa menasihati temannya itu karena nyatanya ia yang melakukannya. Ia akan pergi bersama dengan Achilles bahkan disaat ia masih memiliki Athalla. Claudia memang ada benarnya, ia tidak berselingkuh, hanya sekedar jalan saja. Seperti dengan teman lainnya.
"Woi! Malah bengong, gue tanya daritadi juga!" seru Claudia.
"Tanya apaan?"
"Gue tanya, lo gapapa ke depan sendirian? Gue bawa mobil soalnya jadi gue ke parkiran, atau lo mau nebeng?"
"Oh gak, gue dijemput kok!" jawab Eileen.
"Oke lah, gue duluan yah!" ujar Claudia melambaikan tangan melewati lorong berbeda untuk pergi ke parkiran.
Eileen menghela nafasnya lega, bukannya apa-apa, hanya saja ia tidak ingin temannya berpikir macam-macam. Sekali lagi, ini bukan pendekatan, hanya semacam jalan biasa dengan seorang teman.
Mungkin ...
Kenyataannya, saat melihat Achilles menunggu dekat gerbang di samping motor besarnya membuat jantung Eileen berdebar lebih cepat. Ada yang salah, ia tahu hal itu. Seharusnya jantungnya baik-baik saja jika ia benar-benar menganggap Achilles sama seperti temannya yang lain.
Ini tidak baik.
***
Achilles mengetukkan sepatunya ke lantai dengan sabar menunggu seseorang yang ia tunggu sejak tadi. Saat matanya menemukan sosok gadis itu, secara otomatis bibirya tersenyum. Rasanya seperti apa yang terjadi diluar kontrolnya. Terjadi begitu saja tanpa bisa ia atur.
Melihat langkah kaki ramping itu mendekat, semakin menambah ritme jantungnya berdebar. Bukan hal yang bisa ia sangkal lagi, sejak awal ia memang tertarik dengan gadis tomboy itu.
Pertama kali melihat Eileen di tempat balap motor, saat dia mencoba untuk melawannya, menatapnya tanpa rasa takut, bahkan dengan berani menantangnya. Semua seperti tipe seorang Achilles, tipe gadis yang tidak membosankan karena berani untuk berdebat dengannya, bukan hanya menurut atau bahkan takut padanya.
"Hai, lama gak nunggu gue?" tanya Eileen sesaat ia berada di depan Achilles.
"Lumayan, tapi yang penting lo udah ada disini sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilles
Teen FictionPendragon Geng terkenal dari salah satu sekolah elite swasta yakni SMA Garuda yang sangat ditakuti oleh sekolah lain. Berani menantang mereka, maka bersiaplah bertemu dengan sang malaikat pencabut nyawa dari geng itu. Achilles Julian Mahendra, siswa...