"Ada titik diantara koma, kamu cantik cuma Abang yang punya!"— Martin Simanjuntak.
Ini adalah yang kedua kalinya seorang Achilles menginjakkan kakinya di rumah Ayah kandungnya setelah remaja. Ia memang tinggal terpisah di rumah yang ia beli sendiri bersama pembantu setia yang sudah merawatnya sejak kecil.
Dibilang tidak sudi, ia memang tidak sudi untuk tinggal di mansion Ayahnya. Bukan karena kotor, tetapi melihat keberadaan pria itu yang membuat Achilles tidak betah. Belum lagi dengan istri mudanya yang sekarang ikut tinggal di mansion-nya, sungguh menjijikkan.
"Ada apa?" tanya Achilles langsung saat bertemu dengan Ayahnya di ruang tengah.
"Mendekat!" ujar pria tua itu.
"Kalau gak ada yang mau dibicarakan, saya pergi—"
"Papa bilang mendekat! Kamu tidak mendengar apa yang tadi Papa katakan?!" bentaknya.
Arestio Sebastian Mahendra, pria berumur 53 tahun itu berdiri dengan kemeja putih melekat ditubuh kekarnya. Garis wajahnya yang tegas membuat tampak semakin menyeramkan saat tengah marah.
Nafas lelah keluar dari mulut Achilles, ia tahu apa yang diinginkan pria ini. Menghukumnya, yang artinya memukulinya sampai dia puas. Memang Ares bukanlah seorang Ayah yang baik. Jujur saja, keluarganya berantakan sejak Achilles sendiri masih kecil.
Ibunya yang ketahuan berselingkuh, Ayahnya yang ternyata mempunyai istri simpanan, serta Achilles yang pernah menjadi perebutan atas hak asuh yang akhirnya dimenangkan oleh Ares. Anak berumur 5 tahun yang bahkan belum mengerti benar mengenai perceraian harus menghadapi semua itu.
"Papa mengijinkan kamu keluar dari rumah bukan untuk menjadi preman!!"
"Kalau saya itu preman, lalu bagaimana anda? Memukuli saya, apa itu sikap seorang Papa atau preman?" tanya Achilles menekan sudut bibirnya yang terus mengeluarkan darah.
Ares mendengus mendengar pertanyaan putranya. "Kamu boleh bertengkar dengan siapapun, Papa tidak peduli. Tapi bisakah kamu tidak berurusan dengan semua anggota geng seperti mereka?!"
"Seperti siapa? Seperti Athalla?! Anak kesayangan dari mantan simpananmu?!"
"Jaga bicaramu, Achilles!"
"Saya sudah menjaga setiap perkataan saya! Selalu dan selalu seperti itu! Bukan saya yang mencari masalah lebih dulu, anak anda yang melakukannya. Jadi, jangan mengundangku ke sini hanya untuk mendengarkan Anda membela dia lagi!" sentak Achilles.
Dunia begitu lucu bukan? Musuh bebuyutannya sendiri ternyata adalah adik tirinya. Anak kesayangan Ayahnya yang bahkan bukan anak sah keluarga Mahendra, tetapi anehnya Athalla mendapatkan segala hal yang seharusnya didapatkan oleh Achilles.
Saat Achilles hendak menuju motornya, ia melihat satu motor berwarna biru gelap masuk ke halaman mansion dan berhenti tepat di sebelah motor Achilles. Tidak perlu bermain tebak-tebakan, karena sudah pasti itu adalah Athalla.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Athalla dengan ketus.
"Apa gue gak boleh ke rumah sendiri?"
"Sejak kapan lo anggap ini rumah lo?"
"Sejak seorang anak simpanan belagak menguasainya, padahal itu gak bakal pernah bisa jadi miliknya."
"Apa lo berusaha buat mancing emosi gue lagi sekarang?" Athalla menatap sosok Achilles dengan berang.
"Kenapa? Lo terpancing?" tanya Achilles mengejek lalu memakai helm dan menunggangi motornya.
"BAJINGAN!!" bentak Athalla hendak menyerang Achilles namun telat karena cowok itu sudah menjalankan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilles
Teen FictionPendragon Geng terkenal dari salah satu sekolah elite swasta yakni SMA Garuda yang sangat ditakuti oleh sekolah lain. Berani menantang mereka, maka bersiaplah bertemu dengan sang malaikat pencabut nyawa dari geng itu. Achilles Julian Mahendra, siswa...