Part 8 - Duel

18.6K 1.7K 588
                                    

Halo!

Jangan lupa buat vote lebih dulu sebelum mulai baca!

Enjoy ❤️🖤❤️

***

"Dalam pertarungan bukan hanya otot yang dipakai, tetapi otak juga diperlukan."- Achilles Julian Mahendra

Achilles berdiri menyandarkan punggungnya pada pintu. Tatapan matanya terpatri pada sosok cewek berambut panjang yang dikucir kuda depan meja dimana banyak alat-alat seperti sound system dan juga mic. Bisa dilihat bagaimana tatapan kesal serta keberatan terpancar dari mata cewek tadi.

"Mau gue cium?" ujar Achilles karena menunggu terlalu lama dan membuat cewek itu berdecak kesal.

"Lo itu cowok nyebelin dan pemaksa! Gue bakal balas perbuatan lo ini!"

"Lo bisa balas gue nanti habis ini, cepet!"

"Gak ada pilihan lain apa? Gue malu dan gak mau dihukum gara-gara ini!"

"Ada," kata Achilles, "Gue cium lo, itu pilihan kedua."

"DASAR COWOK BERENGSEK!"

"Cepet! Gue gak punya banyak waktu," ujar Achilles bersedekap masih menyender pada pintu.

"Emang lo siapa gak punya banyak waktu? Artis terkenal aja gak sesibuk lo!" ejek Eileen.

"Gue lebih sibuk dari artis terkenal, apalagi cuma buat ngeladenin cewek cerewet yang kalo ngomong mirip ibu-ibu komplek."

"Dasar-"

Achilles merangsek maju mengurung tubun kecil Eileen sampai gadis itu membentur meja belakangnya. Ia menatap mata Eileen tajam dan membuat wajah mereka berdua hanya berjarak beberapa centi saja.

Eileen meneguk ludahnya, memang tidak bisa dipungkiri. Achilles itu cowok yang sangat tampan, dari jauh saja sudah kelihatan apalagi dari dekat seperti ini. Membuatnya harus banyak-banyak menyebut dalam hati agar tidak terpesona lebih lanjut. Ia memiliki pacar yang juga tampan, seharusnya ini bisa ia atasi.

"Gue terlalu biarin lo banyak ngomong!" Achilles melirik bibir merah muda miliik Eileen dengan mata berkilat.

"STOP! MENJAUH DARI GUE!"

Eileen mendorong dada Achilles dengan histeris saat melihat cowok itu semakin mendekatkan wajahnya. Menyebalkan! Jika saja ia tidak memiliki pacar, mungkin ia lebih memilih opsi kedua.

Baiklah, Eileen juga tidak ingin bersikap munafik. Siapa memangnya yang tidak ingin merasakan dicium ketua geng paling berpengaruh seperti Achilles?

"Kenapa? Kalo cewek lain mungkin lebih pilih gue cium. Harusnya lo bersyukur!"

"Gue bukan bagian dari cewek lain yang lo maksud itu!"

"Terserah! Go on!" Achilles kembali ke tempat semula, bersedekap melihat ke arah Eileen sama seperti tadi.

Melihat itu, Eileen menghela nafasnya kesal. Dengan keraguan, ia mengambil mic dan mulai menyalakan pengeras suara agar tersambung ke semua ruangan di sekolah.

"Tuhan, lindungi gue!" batin Eileen.

Eileen mendekatkan mic itu ke arah mulutnya. Bibirnya terbuka ragu untuk berbicara. Sementara si Achilles sialan itu justru dengan santai menatap dirinya yang tengah gelisah seperti hewan yang siap disembelih.

"C-cek!" ujar Eileen ragu, suaranya pasti sekarang sudah menggema di setiap ruang kelas.

"G-gue Eileen ... maaf mengganggu. Gue cuma mau minta maaf-" matanya melirik Achilles dengan penuh kekesalan, "Gue minta maaf buat Achilles Julian Mahendra, ketua geng Pendragon sialan yang sekarang lagi ngawasin gue bak algojo ke tawanannya!"

Achilles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang