"Orang jahat akan berubah saat menemukan suatu hal yang mampu menyentuh perasaannya."— Eileen Shura Brawijaya.
"Tha, gue sama yang lain mau ke kantin duluan yah? Lo masih lama gak sih?" tanya Nero.
Athalla yang tengah menghidap rokoknya di atap sekolah menoleh ke arah kedua temannya. Mereka bertiga bolos pelajaran dan kabur ke atap sekolah. Di tempat itu biasanya Athalla bersama kedua temannya merokok atau hanya sekedar tidur-tiduran saja.
"Duluan aja, gue masih mau ngabisin rokok gue," jawab Athalla.
"Oke, kita tunggu di kantin," ujar Yanto, temannya yang satu lagi.
"Yanto?" panggil Athalla.
"Berapa kali gue bilang, jangan panggil gue Yanto! Panggil gue Christian, Tha!" protes Yanto yang baru dua kali melangkah bersama Nero— yang sekarang tengah tertawa.
"Nama lo Suyanto Christian Saputra kan? Apa yang salah gue panggil Yanto? Bapak lo aja manggil lo Yanto."
"Iya tapi— ah tau ah! Ngapain lagi manggil gue?"
"Pesenin gue makanan di kantin, apa aja."
"Siapa yang bayar?" tanyanya.
"Gue."
"Sama makanan kita juga yah, paketu?" tanya Nero mencari kesempatan dalam kesempitan.
"Iya."
"Asekk! Yuk cus, Ner!" ajak Yanto menggandeng pundak Nero.
Itulah gunanya teman, kalau tidak untuk diporoti paling dimanfaatkan. Tetapi Athalla menyukai berteman dengan mereka, walah uangnya selalu tandas jika bersama mereka tetapi untuk masalah setia, tidak ada yang bisa diragukan.
Danero Helmi Yahya, dia sahabat yang sudah Athalla miliki sejak duduk di kelas 2 SMP. Mereka memiliki sedikit kesamaan dalam masalah keluarga. Ayah Nero adalah seorang tentara yang memiliki pangkat cukup tinggi. Namun karena suatu hal Ibu dan Ayahnya berpisah. Setahun kemudian Ayahnya menikah lagi. Lalu kemudian mereka mempunyai anak perempuan. Memang Ibu tirinya baik padanya, tetapi tetap saja berbeda dengan rasa sayangnya pada adik tirinya.
Sementara Yanto—atau orang lain memanggilnya dengan nama Christian— adalah sahabat Athalla saat masuk SMA. Dia tipe cowok yang selalu suka bergaya dan tebar pesona. Walau begitu rasa humornya selalu bisa membawa suasana menjadi terasa nyaman.
Setelah mengembuskan asap terakhir rokoknya, Athalla berdiri meninggalkan atap sekolah. Dia menyusuri lorong menuju ke arah kantin. Di tengah jalan, tiba-tiba seseorang menarik lengannya ke satu lorong sepi.
Dengan sigap, Athalla mencengkeram tangan yang menariknya lalu berbalik menyerang dengan mendorong tubuh orang itu ke dinding. Tangannya bahkan sudah melayangkan tinju di udara. Namun saat melihat siapa yang ada di depannya, sontak tangannya menggantung begitu saja. Ia melihat sosok gadis memejamkan mata ketakutan menanti tinju darinya.
Setelah menyadarinya, Athalla melepaskan cengkeramannya dan mundur satu langkah menjatuhkan kepalan tangannya. Ia melihat gadis itu masih memejamkan mata dengan bodohnya.
"Ngapain lo?" tanya Athalla datar.
Perlahan, gadis bernama Hanna itu membuka matanya memastikan jika ia tidak kenapa-kenapa. Lalu kemudian ia menggertakkan kakinya ke lantai kesal. "Lo gila hah?! Kalo tadi gue beneran kena pukul gimana?!"
"Lo duluan yang narik gue tiba-tiba. Masih untung gak beneran gue pukul!"
"Masih untung pala lo! Gue ada urusan sama lo, tapi gue gak mau sampai ada anak lain pada ngeliat kita ngomong berdua, nanti malah jadi gosip lagi. Males banget gue digosipin sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilles
Fiksi RemajaPendragon Geng terkenal dari salah satu sekolah elite swasta yakni SMA Garuda yang sangat ditakuti oleh sekolah lain. Berani menantang mereka, maka bersiaplah bertemu dengan sang malaikat pencabut nyawa dari geng itu. Achilles Julian Mahendra, siswa...