Ending

13.4K 1.2K 350
                                    

"Cinta memang perlu diperjuangkan. Hanya jika memang pantas."— Eileen Shura Brawijaya.

***

Achilles melirik ke samping dan seberang meja makan. Sarapan pagi yang sangat canggung. Eliza duduk di sampingnya makan sembari menyuapi Alena di samping kanannya. Sementara di seberang ada Helena dan juga Athalla.

Maklum, ini adalah hari pertama Eliza dan Helena duduk di satu meja makan bersama. Bahkan mereka berdua belum pernah berbicara sama sekali. Eliza juga tampak bingung dan canggung untuk memulai pembicaraan. Belum lagi, wajah garang Eliza yang membuat orang lain menjadi sungkan untuk mengajak mengobrol.

"Ma, tolong ayamnya." ujar Achilles.

"Oh, iya!"

"Iya!"

Dua sautan menjawab permintaan Achilles. Kali ini suasana menjadi semakin canggung. Eliza yang sudah mengulurkan tangan, serta Helena juga sudah langsung memegang sendok untuk mengambil ayam.

Athalla dan Achilles saling menatap satu sama lain. Mereka seperti tengah berkomunikasi satu sama lain. Athalla mengecilkan dagunya memberi kode untuk menghilangkan kecanggungan yang ada.

"Ngomong bego!" bisik Athalla.

"Ngomong apaan?!" balas Achilles juga berbisik.

"Ya apaan gitu! Goblok disaat yang gak tepat lo!"

"Berengsek—"

"Ah, silahkan! Maaf, saya—"

"Tidak apa-apa, kamu bisa memberikannya pada Achilles," potong Eliza pada perkataan Helena.

"Tidak, anda Ibunya. Anda yang berhak,"ujar Helena.

"Kamu juga Ibunya, silahkan."

"Ah tidak, anda yang berhak."

"Tidak, kamu bisa melakukannya."

"Tidak, tidak! Anda—"

"Ma ..." Achilles dan Athalla memanggil kedua Ibunya sembari memegang masing-masing lengan Eliza dan Helena.

"Hm, maaf," ujar Eliza tersenyum kecil.

"Achilles ambil sendiri aja ayamnya," ujar Achilles.

"Helena?" panggil Eliza membuat Achilles berhenti menggerakkan tangan mengambil ayam. "Bisa kita bicara berdua sebentar? Ada yang harus aku bicarakan."

"Bicara apa, Ma?" tanya Achilles.

"Kepo kamu!" ujar Eliza.

"Tapi—"

"Mungkin memang lebih baik kita berbicara berdua lebih dulu," ujar Helena.

"Ma, nanti kalau—"

"Tante gak akan menyakiti Mama kamu, Athalla. Tenang saja, lagipula kami hanya berbicara di teras belakang."

"Cuma sebentar, Al." ujar Helena.

"Alena, Mama mau bicara dulu sebentar sama Tante Helena. Kamu makan sendiri dulu yah ditemenin Kak Achilles sama Kak Athalla."

"Tapi, Mama ..."

"Gak apa-apa, sayang. Kak Alles 'kan baik, gak mungkin jahat sama Alena."

Gadis cilik itu tampak tidak percaya dengan perkataan Eliza. Ia melirik sedikit ke arah Achilles dan Athalla yang tersenyum. Tapi entah kenapa, senyum mereka justru terlihat seperti orang mesum yang mengincar mangsanya. Lebih menyeramkan daripada setan.

Eliza dan Helena berdiri meninggalkan ruang makan. Sekarang suasana meja makan menjadi sepi—walau sebenarnya sebelumnya juga sama. Achilles melihat ke Alena yang duduk di kursi sebelah kursi kosong Eliza. Ia bingung harus bagaimana mendekati anak kecil seperti Alena. Ia 'kan tidak pernah mempunyai adik. Sekalipun pernah, ia justru sering bertengkar dan menyerang satu sama lain dulu.

Achilles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang