"Nikmati hidup, berhenti melakukan hal sia-sia dengan membenci." - Achilles Julian Mahendra.
***
"Apa yang lo rencanain sekarang?"
Athalla masuk ke dalam kamar saudara tirinya tanpa mengetuk sama sekali. Di sana, lelaki yang tengah ia cari sedang duduk di karpet dekat sofa dan memegang stick PS di tangannya. Apa Achilles sedang bercanda padanya?
"Lama bener baru nyari gue, padahal gue tungguin dari tadi." jawab Achilles fokus ke layar televisi.
"Lo mau apa lagi sekarang? Berpura-pura baik ke gue dan nyokap gue? Buat apa, hah?!"
"Ck, lo gak bisa santai sedikit apa? Duduk dulu sini! Lo mau main?" ujar Achilles melirik ke arah Athalla sembari mengulurkan satu stick PS padanya.
"Lo lagi bercanda sekarang?!" kesal Athalla.
Sepertinya saudara tirinya ini tidak bisa diajak untuk berbicara baik-baik. Hampir saja Achilles terpancing, beruntung saja hari ini suasana hatinya sedang baik. Achilles menghentikan permainannya lalu melempar stick ke depan pelan. Ia melihat Athalla yang berdiri beberapa meter dari tempatnya duduk.
"Lo gak cape berdiri disitu?"
"Jangan cari alasan buat menghindar, bajingan!"
"Gue serius, mending lo duduk dulu. Apa yang mau gue bicarain gak sesederhana itu," ujar Achilles.
"Kalo gitu buat sederhana!"
"Kayanya susah yah, ngomong sama lo waktu lagi sadar! Gimana kalo kita minum dulu biar lo bisa diajak kerjasama?!" gerutu Achilles.
"Gak perlu!"
Dengan wajah tertekuk kesal, Athalla berjalan menuju tempat Achilles dan duduk di sebelahnya dengan jarak satu meter. Tahu jika ia dan Achilles duduk bersama sembari mengobrol membuatnya menjadi merinding. Mereka tidak pernah berada disatu ruangan cukup lama, kalaupun pernah hanya ketika mereka sedikit mabuk.
"Gue mau berdamai," ujar Achilles.
"Berdamai?" dengus Athalla. "Sebenarnya apa yang lagi lo rencanain?!"
"Gue gak rencanain apapun. Gue berani bersumpah!"
"Lo bersumpah sekalipun gue tetap gak akan percaya. Gue bahkan gak percaya sama agama apapun, percuma bersumpah depan gue."
"Lo atheis?" tanya Achilles membulatkan matanya.
Athalla menoleh dengan kerutan di dahinya. "Apa itu penting sekarang?"
"Ekhem!" Achilles berdehem mengalihkan tatapannya ke arah lain. Lagipula buat apa dia bertanya tentang itu?
Tetapi jika dipikir kembali, keluarga Mahendra memang sepertinya benar-benar keluarga chaos. Arestio adalah Katholik yang pergi ke gereja hanya sesekali atau jika tidak maka dia pergi bersama rekan bisnisnya. Lalu Helena adalah Katholik yang cukup taat. Walau tidak bisa pergi keluar, dia tetap mengikuti acara misa virtual.
Sedangkan Athalla dan Achilles, anak-anak yang sibuk dengan kehidupan masing-masing. Jika Achilles masih lebih baik, karena ia sesekali ikut misa di gereja walau suka bolong. Tapi Athalla, lelaki ini tidak pernah terlihat pergi ke gereja sama sekali.
"Jadi, intinya gue cuma mau berdamai sama lo. Gue mau berusaha buat terima lo sama nyokap lo di sini," ujar Achilles.
"Kenapa?"
"Gak ada alasan khusus, mungkin ... karena gue cuma pengen berhenti memendam benci. Gak mungkin seumur hidup gue bakal terus jadi orang picik 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilles
Teen FictionPendragon Geng terkenal dari salah satu sekolah elite swasta yakni SMA Garuda yang sangat ditakuti oleh sekolah lain. Berani menantang mereka, maka bersiaplah bertemu dengan sang malaikat pencabut nyawa dari geng itu. Achilles Julian Mahendra, siswa...