Part 32 || The Power of Girl

9.2K 901 208
                                    

"Semua butuh proses."— Achilles Julian Mahendra.

Bunyi jarum jam yang terus bergerak membuat Hanna semakin bosan. Sudah lebih dari tiga jam ia menunggu Achilles pulang, tapi sampai pukul 7 malam, lelaki itu belum datang juga. Jika begini penantiannya menjadi sia-sia, waktu yang seharusnya digunakan untuk pergi ke spa jadi terbuang tidak ada hasilnya.

Saat ia menghabiskan jus mangga yang disajikan oleh pelayan, matanya melihat adik tiri dari lelaki yang ia tunggu menuruni anak tangga dengan pakaian santai. Hanna langsung berdiri dan membuntuti lelaki itu di belakangnya.

"Lo mau kemana?" tanya Hanna.

"Bukan urusan lo."

"Ketemu sama Achilles gak?"

"Buat apa gue keluar cuma mau ketemu dia?!" jawab Athalla kesal.

"Terus lo mau kemana?" Hanna terus mengikuti Athalla sampai ke garasi motornya.

"Gue udah bilang bukan urusan lo. Berhenti ngikutin gue!" bentak Athalla.

"Galak banget!" gerutu Hanna. "Gue ikut yah?" pintanya saat melihat lelaki itu memasukan kunci motor ke stop kontak.

"Gak!"

"Gue bosen di sini terus dari tadi! Nyokap lo juga capek dari tadi nemenin gue. Daripada gue gangguin nyokap lo yang kecapean kan, mending gue ikut sama lo."

"Kalo gitu pulang aja. Gak usah dibikin ribet."

"Males di rumah sepi, bokap sama nyokap lagi pergi. Gue ikut aja yah? Pengen main juga," ujar Hanna.

"Lo paham yang gue bilang tadi kan?"

Hanna mengerucutkan bibirnya kesal. Ia tidak akan tinggal diam, pasti. Sejak kecil semua keinginannya selalu dituruti, kali ini juga akan begitu. Saat Athalla menaiki motornya sudah siap berangkat, dengan cepat Hanna langsung naik ke atas jok motor belakang.

"LO NGAPAIN SIH?!" bentak Athalla.

"Udah cepetan jalan! Gue cuma mau ikut keluar doang, bosen. Gue gak akan ganggu lo!" ujar Hanna.

Batas kesabaran Athalla sepertinya sudah hampir menipis. Sebelum semakin habis, ia lebih memilih pasrah dan membiarkan gadis ini ikut dengannya. Sejak melihat Hanna pertama kali, ia tahu jika gadis ini hanya akan menimbulkan masalah padanya.

***

Motor besar berwarna hitam berhenti di depan pagar rumah bernuansa cokelat muda. Gadis yang diboncengnya turun lalu melepaskan helm di kepalanya, begitu juga sang pengendara motor. Rumah ini tidak terlihat seperti rumahnya yg terasa gelap namun elegan. Karakter rumah ini lebih ke nyaman dan hangat.

Tentu saja, karena yang tinggal di dalamnya adalah satu keluarga yang saling menyayangi. Tidak seperti rumahnya yang penuh kesepian.

"Makasih yah, udah anterin gue pulang."

"Udah seharusnya, gak usah bilang makasih," jawabnya.

"Achilles?" panggil Eileen ragu. "Lo masih inget pertama kali kita ketemu?"

Achilles mengerutkan dahinya. "Waktu lo yang kekeh gak mau ngaku kalah balap motor dari gue?"

"Iya, terserah." jawab Eileen memutar bola matanya saat lelaki ini justru hanya mengingat tentang kekonyolannya.

"Kenapa?" tanya Achilles setelah terkekeh lebih dulu.

"Lo gak penasaran kenapa gue bisa di sana?"

"Bukannya lo udah pernah cerita alasannya?"

"Les, gimana kalo gue bilang alasan yang gue buat waktu itu semuanya bohong?" tanya Eileen takut.

Achilles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang