Part 6 - Dasar Licik!

19.2K 1.8K 320
                                        

Hai!

Mau tanya nih, pernah gak sih kalian baca cerita yang sudut pandangnya tuh bukan cuma dari tokoh utama doang?

Perasaan porsi Eileen juga udah menguatkan kalau dia itu tokoh utama. Dari part dia aja lebih banyak, sesekali aku ambil atau masukin sudut pandang dari temannya kan itu buat kalian bisa liat dari sisi lainnya. Keadaan di sekitar tokoh yang gak tokoh utama itu tau.

Bayangin aja deh, si tokoh utama duduk diem di dalam ruangan, jelas kondisi di luar ruangan dia gak tau dong. Gimana gentingnya situasi yang belum tokoh utamanya itu tau.

Itu aja sih maaf kepanjangan. Seperti sebelumnya yang pernah aku bilang di awal. Jangan baca prolog udah nethink, sekarang aku tambahin. Jangan cuma baca setengah, tapi semuanya!

Ikuti alurnya 😊

Paham?
Jangan lupa vote sebelum baca 😊
Enjoy ❤️🖤❤️

***

Setiap orang memiliki ketakutannya sendiri. Begitu juga denganmu dan aku- Eileen Shura Brawijaya.

Eileen masih belum melupakan kejadian tadi siang di sekolahan. Ia sangat kesal pada si Achilles, ketua Pendragon itu. Bagaimana ia tidak kesal! Cowok itu hampir saja memukulnya. Layaknya banci yang hanya berani pada perempuan.

Drrtt ... Drrtt ...

"Siapa lagi yang nelepon!?" gerutunya lalu mengangkat panggilan itu dengan cepat tanpa melihat layar. "Ada apa? Ganggu aja!"

"El! Lo bisa dateng ke markas Jaguar? Edgar lagi digebukin sama Athalla gara-gara masalah kemarin." Itu adalah suara Sakti, teman Abangnya.

"APA?!" Eileen berdiri dari duduknya di atas ranjang panik. "Oke, gue ke sana sekarang! Tolong bantu Abang gue dulu, Sak!"

"Oke, gue gak bisa nahan lebih lama. Kami di sini juga kena hajar sama Athalla."

Panggilan terputus.

Eileen bergegas mengambil jaketnya untuk menutup kaos putih di tubuhnya. Mengambil kunci motor biasa miliknya, ia tidak mungkin pergi menggunakan motor besar Kakaknya disaat kedua orang tuanya ada di rumah.

"Ma? Pa? Eileen mau pergi nih!" teriaknya saat sudah sampai di lantai satu.

Kedua orang tuanya muncul dari arah ruang tengah secara bersamaan. Pasti habis berduaan mesra tuh di depan tv. Kebiasaan.

"Mau kemana sih malem-malem begini? Gak baik anak perawan main malem," ujar Aveera Steffany pada putrinya.

"Ya ampun, Mama ih kuno banget. Aku mau ke tempat Paris sebentar. Gak lama kok."

"Ini udah jam setengah sembilan, El. Kamu mau pulang jam berapa emangnya?" tanya Rafael Benitez pada putri tiri satu-satunya.

"Jam sebelas?"

"Kamu mau Mama kunci di luar?!" sentak Aveera.

"Ya udah, jam sepuluh gimana? Satu setengah jam doang. Please Mom, Dad?"

"Oke! Tapi jangan sampai lebih dari itu, ngerti?"

"Yes! Makasih Mama sayang, dah Papa! El pergi dulu yah?"

Achilles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang