"Dia seperti matahari yang tidak pernah berhenti bersinar."— Achilles Julian Mahendra.
Lelaki adalah sosok yang terkadang selalu terlihat kuat. Mereka jarang menunjukkan apa yang tengah ia rasakan, terutama adalah perasaan kesedihan. Itu adalah hal yang lumrah, karena mereka selalu diajarkan untuk menjadi lelaki yang kuat agar bisa melindungi orang-orang di sekitarnya.
Begitu juga dengan Achilles, sejak kecil, ia sudah diharuskan untuk kuat dan mandiri. Menangis tidak akan membuat hidupnya berubah seketika. Baginya, menangis hanya membuang-buang waktu. Tidak ada yang akan berubah walau ia menangis semalaman. Tidak akan ada juga seseorang di sampingnya hanya untuk sekedar menenangkannya, karena itu ia benci menangis.
Namun... Gadis ini selalu bisa merubah sesuatu dengan tiba-tiba. Merubah aturan yang ia buat sendiri dalam kehidupannya.
"Are you okay, now?" tanya Eileen yang duduk di sofa samping Achilles.
Achilles menoleh, ia tertegun saat melihat tatapan yang diberikan Eileen untuknya. "Jangan liatin gue kaya gitu!" ujarnya.
"Huh? Terus gue harus liatin kaya gimana lagi?" Eileen mengerjakan matanya beberapa kali karena bingung.
"Lebih baik lo gak liat ke arah gue!!"
"Ahh! Gue tau sekarang, lo malu kan karena baru aja nangis? Lo malu karena gue liatin mata lo yang sekarang bengkak mirip panda!"
"Jangan dibahas!"
"Kenapa? Emang bener kok!" goda Eileen.
"Lo bisa diem gak sih?!"
"Kalo diliat-liat, kayanya lo emang mirip sama panda! Badan lo yang sedikit ... berisi?"
Achilles mendengus, "mendingan lo periksa ke dokter THT, siapa tau mata lo kena radang tenggorokan!"
Eileen tahu jika itu adalah lelucon, ia tertawa dengan keras karenanya. Bukan karena lelucon itu sebenernya, tetapi wajah Achilles yang terlihat kesal bercampur dengan mata bengkaknya setelah menangis terlihat sangat lucu.
"Oke, oke! Lo udah bisa ngomel-ngomel artinya emang udah baik-baik aja." Eileen menggantikan tawanya dengan senyum tulus.
"Kenapa lo bisa ke sini?" tanya Achilles.
"Oh itu...."
Eileen mengeluarkan cengirannya sebelum mulai bercerita. Ia merasa bahwa dirinya pasti akan terlihat seperti penguntit atau orang yang sok ikut campur urusan orang.
"Lo harus menang oke?!"
"Gila! Pesertanya lo liat dong, cowok semua! Mana motornya keren-keren!" protes Eileen.
Seperti yang ia janjikan pada Ameera, dia akhirnya mengikuti balap motor itu. Kali ini ia harus berhati-hati, karena Edgar, abangnya juga mengikuti balap motor ini. Terakhir kali saat Edgar dihajar oleh Athalla, dia sama sekali tidak membiarkan Eileen mengendarai motor lagi. Jika ketahuan, ia bisa habis diomeli oleh abangnya itu.
"Halah, cuma gender doang! Skill lo jauh lebih hebat dari mereka!"
"Skill pala lo segitiga!"
"Eh, ngomong-ngomong, Abang lo ganteng juga yah El!" Ameera melihat posisi ujung tempat Edgar berada bersama beberapa anggota Claverat, gengnya.
"Mulut lo bisa diem gak?! Kalo ketahuan, gue bisa diseret pulang sekarang! Mau lo, hah?!"
"Ish! Lagian si Edgar takut banget sama Athalla. Abang lo cupu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilles
JugendliteraturPendragon Geng terkenal dari salah satu sekolah elite swasta yakni SMA Garuda yang sangat ditakuti oleh sekolah lain. Berani menantang mereka, maka bersiaplah bertemu dengan sang malaikat pencabut nyawa dari geng itu. Achilles Julian Mahendra, siswa...