"I lose my control."— Achilles Julian Mahendra.
***
Kata-kata dunia sangat kejam sepertinya adalah kesalahan. Alasannya sangat mudah, dunia tidak akan jadi kejam jika manusia sendiri tidak memulainya. Semua kekejaman dunia dilakukan oleh manusia. Jadi, siapa yang dikatakan kejam sebenarnya?
Dunia memberikan pilihan untuk setiap orang. Pergi ke jalan yang benar atau buruk. Menjadi orang baik atau jahat. Semua pilihan ada di tangan orang itu sendiri. Bukan dunia yang jahat, tetapi orang yang melakukannya. Dan di dunia Achilles, Ares lah sang penjahatnya.
Achilles duduk bersandar pada kepala ranjang rumah sakit. Tangan kirinya menerima infus, serta beberapa perban di luka lengan dan pelipisnya. Wajahnya saat ini banyak yang membiru dan bahkan membengkak. Kemarin malam adalah kejadian yang tidak akan pernah bisa ia lupakan.
"Les, hari ini Martin mau dimakamkan. Kami mau pergi mengantar dia ke tempat istirahat terakhirnya," ujar Jagat.
Leon menatap Damar yang tengah menahan tangisnya, lalu kembali ke arah Achilles yang hanya diam. Sejak sadar pagi ini, lelaki itu belum berbicara satu parah katapun. Tadi malam cukup kacau setelah Achilles pingsan.
Athalla yang sempat kritis dan Martin yang tidak bisa diselamatkan. Bahkan Achilles sendiri juga keadaannya sangat parah sampai harus mendapatkan transfusi darah sampai tiga kantong darah. Itu semua disebabkan pendarahannya memburuk dan darah yang keluar terus-menerus karena sulit membeku. Nyawa ketiga orang itu dipertaruhkan semalam. Sampai akhirnya, Martin yang memutuskan untuk menyerah.
"Dia emang udah mengkhianati kita, tapi sebelum itu ... dia teman baik gue. Sorry, Les, gue gak bisa bersikap gak peduli ke Martin. Dia tetap sahabat buat gue sampai kapanpun!" ujar Damar, suaranya sudah serak.
"Les, kami pergi dulu. Ayo, Yon! Dam!" ujar Jagat.
"Kami akan balik lagi nanti," ujar Leon.
Udara di ruangan terasa semakin menipis. Achilles merasakan sesak yang menyakitkan di dadanya. Saat bangun mendapat kabar Martin meninggal, serta Athalla yang masih ada di ruang ICU. Ia merasa semua yang terjadi karena dirinya. Jika saja sejak pertama ia tahu Martin mengkhianatinya, maka dari dulu Achilles akan menghentikannya. Harusnya sejak dulu ia mencari tahu penyebab lelaki itu membencinya.
Achilles bergerak melepaskan infusnya tanpa berpikir panjang. Ia melihat tas hitam di sofa. Saat melihatnya, isinya adalah baju-bajunya. Ini semua miliknya yang ia tinggalkan di rumahnya. Itu artinya Eliza yang membawanya. Ia baru bangun beberapa saat lalu, tetapi tidak menemukan keberadaan wanita itu. Kemungkinan Eliza sedang keluar.
Berganti pakaian biasa, kaos hitam serta celana jeans hitam. Achilles dengan wajah yang masih pucat bersiap untuk pergi. Ia mengambil kaosnya lagi lalu menyumbat luka infus yang ternyata masih keluar darah. Lukanya kecil, tapi darah yang keluar seperti luka sayatan besar. Setelah beberapa menit, Achilles melepaskan sumbatan kaos dan melihat tangannya sudah berhenti berdarah. Ia menghela nafas, kepalanya sekarang justru terasa pusing.
"Lo mau kemana?"
Pintu terbuka menampakkan sosok Karel di sana. Achilles mendengus sinis. "Ada urusan apa lo ke sini?"
"Lo baru keluar dari masa kritis, tapi sekarang justru cari penyakit lagi?" ujar Karel mendekat.
"Apa urusan lo?!"
"Apa lo marah sama gue?"
"Perlu ditanya?! Lo pikir gue gak tau kalo lo yang kasih tau Martin informasi tentang gue?!"
"Gue terpaksa," jawab Karel.
Tawa sinis Achilles keluar tanpa bisa dicegah. "Lebih baik lo gak usah muncul lagi di depan gue! Jangan bikin gue emosi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilles
Novela JuvenilPendragon Geng terkenal dari salah satu sekolah elite swasta yakni SMA Garuda yang sangat ditakuti oleh sekolah lain. Berani menantang mereka, maka bersiaplah bertemu dengan sang malaikat pencabut nyawa dari geng itu. Achilles Julian Mahendra, siswa...