"Sulit berbicara dengan orang yang keras kepala."- Achilles Julian Mahendra.
***
"Kami dari pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan kamu, Martin."
Achilles melirik pada Pak Arga yang duduk di depannya. Sementara Martin duduk di sampingnya tampak tidak peduli saat guru BK serta kepala sekolah memutuskan mengeluarkan Martin.
"Hanya karena saya melindungi diri dari pukulan anak yayasan sekolah?" ujar Martin mendengus.
"Martin!"
"Keadilan macam apa yang Anda pelihara di sekolahan ini?! Setiap anak yang memiliki keluarga tinggi akan lebih mendapatkan perhatian para guru, sementara anak dari keluarga biasa saja harus menderita di sini!"
"Apa kamu pikir kami mengeluarkan kamu dari sekolah hanya karena masalah pertengkaran kamu dengan Achilles? Bukan hanya itu!" ujar Kepala sekolah. "Kemarin penjaga cctv melihat kamu menyelinap ke ruang guru dan mengambil berkas dari sana. Tepat sekali, pagi ini data diri Achilles hilang. Kamu pikir pihak sekolah akan memaafkan siswa yang berani mencuri berkas dari ruang guru?!"
Achilles tersenyum miring. Selama ini teman-temannya tidak semuanya tahu tempat tinggal pribadinya. Termasuk Martin yang tidak pernah ia ajak ke rumah sama sekali. Bahkan Eileen adalah satu-satunya gadis yang pernah ia ajak ke sana. Ah, menyebut nama itu membuatnya ingat lagi tentangnya.
Jika saja Martin tidak nekat mengusik kehidupan Eileen, maka Achilles tidak akan datang tiba-tiba ke sekolah di saat ia sendiri tengah menghindari emosinya meledak saat melihat lelaki ini. Benar saja, pertama kali melihatnya lagi langsung membuatnya ingin menghabisinya saat itu juga.
"Terserah! Aku juga tidak peduli dengan sekolah!" ujar Martin berdiri dengan tidak sopan lalu pergi begitu saja.
Achilles mengikuti lelaki itu pergi untuk menyusulnya. Walau tahu apa yang telah dilakukan Martin salah, tapi bagaimanapun mereka pernah berteman. Mungkin Achilles menganggapnya begitu, tidak tahu dengan lelaki itu. Lagipula, Achilles masih membutuhkan alasan yang jelas atas apa yang membuat Martin melakukan semua ini.
"Martin!" panggil Achilles.
Lelaki itu berhenti tanpa membalikkan badannya. "Apa?!" sentaknya.
"Kenapa lo ngelakuin semua ini, Tin? Apa salah gue ke lo? Kenapa lo sampai bunuh orang yang gak bersalah?!" tanya Achilles.
"Itu karena gue salah sasaran! Seharusnya nyokap lo yang mati!" Martin berbalik dengan mata melotot penuh emosi.
"Nyokap gue?"
"Tanya ke dia! Gue yakin seratus persen dia masih kenal gue!" ujar Martin. "Keluarga lo emang semuanya bajingan! Gak terkecuali lo!"
"Kalo lo emang benci sama gue, kenapa harus melibatkan orang lain?! Kalo lo emang benci keluarga gue, kenapa harus orang lain yang jadi korban?!"
"Karena mereka semua orang-orang lo! Sejujurnya, gue gak menyesal wanita tua itu mati! Anggap aja itu awalbuat kehancuran lo!"
Achilles bergerak lebih dekat dengan langkah cepat. "Gue gak pernah membalas perlakuan lo! Gue bahkan gak pernah ngelakuin hal salah ke lo! Kenapa harus gue, bajingan?!"
"Karena lo punya darah dari pelacur itu! Lo mirip nyokap lo!"
"MARTIN!" bentak Achilles mencengkeram kerah Martin kuat.
"Sampai kapanpun lo menyangkalnya, lo tetap anak kandungnya! Darah pelacur juga mengalir ke tubuh lo, Achilles!" ujar Martin.
"Apa yang lo mau sekarang?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Achilles
Fiksi RemajaPendragon Geng terkenal dari salah satu sekolah elite swasta yakni SMA Garuda yang sangat ditakuti oleh sekolah lain. Berani menantang mereka, maka bersiaplah bertemu dengan sang malaikat pencabut nyawa dari geng itu. Achilles Julian Mahendra, siswa...