Dumb and Dumber
What will happen if dumb and dumber must go to grocery?
Inilah yang terjadi pada Juni dan Bobby. Mereka kalah suit dan harus pergi ke Mirota buat dapetin bahan-bahan buat bakar-bakar nanti malem.
Yep. Ini malem tahun baru, dan para penghuni kontrakan memilih stay di jogja dan bakar-bakar. Katanya pada males macet di jalan. Lagian tiket kereta udah sold out semua dari jauh-jauh hari.
Juni yang kampung halamannya gak jauh-jauh amat, memilih stay karena apalagi kalo bukan tugas UAS takehome. Iya, kampus Juni tuh yang merayakan tahun baru dengan UAS. Tau lah pasti kalian, soalnya sering seliweran di ig atau twitter.
Tugas UAS Juni udah seabrek, tapi dia bukan kaum deadliner. Jadi sekarang ini dia mayan bebas karena udah ngelarin beberapa tugasnya. Sisanya udah kesusun kerangka sama poin utamanya dan nanti tinggal dilengkapin.
Bobby dan Juni sudah berada di Mirota. Juni yang sudah menenteng keranjang belanja pun mulai berkeliling mencari bahan-bahan yang sudah ada di listnya. Ia berhenti di rak bumbu-bumbu dapur.
"Bob, ini beli apa aja ya?" Yang diajak bicara entah hilang kemana. Juni celingukan.
Setelah mendapat dua macam saus, yaitu saus super pedas dan saus tomat karena Chandra gasuka pedes, Juni mendapati Bobby memeluk 3 botol besar minuman bersoda juga 3 bungkus besar snack yang salah satunya lays rumput laut.
Juni menghela nafas dan menatapnya jengah, sedang yang ditatap malah nyengir dan mengambil alih keranjang belanjaan yang seketika jadi penuh.
"Biar gak berat," ucapnya.
Mendengar kata-kata itu membuat Juni sebal dan reflek tangannya pun memukul punggung Bobby.
"Adaw tega bener."
"Brisik! Buruan!"
"Iya, Nyai."
Bobby mengekori Juni, kedua tangannya membawa keranjang yang sudah penuh. Mereka melewati rak berisi mie instan, dan tanpa Juni tau tangan Bobby sudah memindahkan beberapa bungkus mie ke dalam keranjang. Mereka menuju ke deretan freezer berisi frozen food. Juni sibuk dengan list di ponsel Bobby.
"Ini mo apa aja?" tanyanya.
"Semuanya enak."
"Serius Bob."
"Ya gue serius kalo semuanya tu enak."
Juni diam dan menghela nafas lagi, kalo dilanjutin debatnya pasti nggak akan kelar soalnya. Dengan setengah tak yakin, Juni mengambil plastik dan mulai memasukkan bakso ke dalamnya. Ia melanjutkan pada sosis, otak-otak, dan nuget.
Setelah selesai, Juni menyodorkannya ke arah Bobby. "Gue gabisa itung-itungan. Lo aja sana yang nimbang," jawab Juni enteng.
"Lo kira, gue kuliah di jurusan musik buat apa? Buat ngindarin mikir berat."
"Yaudah gausah beli."
"Iya, iya Nyai."
Bobby segera mengambil bungkusan plastik tersebut untuk ditimbang.
"Loh? Kok cepet?"
"Ya nimbang doang mah gampang."
"Hilih"
Mereka lanjut mencari tusuk sate dan bumbu barbeque pesanan Yoyo.
"Anjir," umpat Juni saat melihat panjangnya deretan antrean di kasir. "Bener-bener dah, mo tahun baru pada bakar-bakar semua ya."
"Tuh, di ujung agak selo," tunjuk Bobby ke deretan paling ujung yang tak terlalu penuh dan mereka beranjak ke antrean ujung.
Juni mencoba mengecek ulang, takut-takut ada yang ketinggalan dan diamuk Chef utama terus terancam gagal bakar-bakar kan sedih.
"Bob, ini kok gaada barcodenya?"
"Lah? Emang harus ada barcodenya?"
"Ya iya lah Bobby Suharsa! Kalo gaada barcodenya gimana bayarnya?!"
"Dapet barcode dimana?"
Juni hampir meledak, "Di Mas-Mas bagian nimbang."
"Loh terus ini gimana?"
Tangan Juni sudah cekatan mengambili plastik berisi frozen food. Bobby ikut-ikutan mengambilinya.
"Dah lo nunggu antri aja, ini biar gue yang balik," ucap Juni dan bersiap lari menyempil di antara ramainya pengunjung Mirota.
"Semangat Jun!"
Nggak samapai 3 menit Juni berhasil bolak-balik buat minta barcode harga dari deret frozen food di ujung timur ke kasir di ujung barat. Rasanya kayak habis lari sprint dikejar anjing kompleks.
Bobby? Ngeliatin sambil nyengir ke Juni yang ngos-ngosan. Dalam hati, Juni mengumpat habis-habisan.
Bener-bener deh.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobby, Juni dan Jogja
FanfictionJogja menjadi istimewa buat kamu yang memiliki keeratan kenangan di sana. "Semanis apapun kenanganmu jangan minum teh botol, karena akan tetap pahit jika hanya mampu kau kenang," -Bobby. [potongan kisah-kisah tolol antara Bobby dan Juni di Jogja]