Pukul 1 dinihari, Ovan masih melaju mengelilingi kota Jogja dengan Bobby sebagai supir dan Juni penumpangnya.
Rute mereka yang berawal dari depan rektorat kampus pun beralih menuju bundaran UGM. Lurus ke selatan hingga bundaran Kridosono, melewati gereja Kotabaru dan lanjut menuju Malioboro.
Mereka melewati kios-kios pedagang di Malioboro yang sudah tutup. Beberapa kerumunan anak muda yang masih bertahan duduk-duduk sembari mengobrol ringan. Jalan Malioboro yang demikian lengang dan berbanding terbalik dengan Malioboro di siang hari yang selalu penuh sesak.
Bobby melajukan Ovan dengan santai mengikuti garis putus-putus di tengah jalan tanpa peduli akan ada pengendara yang terganggu. Karena nyatanya, hanya ada mereka yang jadi pengguna jalan Malioboro saat itu.
Mereka lurus menuju Alun-alun Utara, melewati beberapa angkringan yang masih buka dengan beberapa kerumunan anak muda yang juga masih mengobrol. Membelok ke timur dan kembali ke jalan utama dan menuju wilayah Jogja Kota.
Kalau ditanya, daerah mana yang paling awam. Maka Juni bakal menjawab dengan yakin, Jogja Kota. Karena pada dasarnya Juni lebih sering main di wilayah Sleman, dan jarang ada urusan di wilayah Jogja Kota, termasuk juga XT Square dan Terminal Giwangan. (Juni kalo balik Semarang naik travel atau seringnya naik kereta, makanya gapaham wilayah terminal)
Juni, yang benar-benar awan dengan wilayah Jogja Kota, sibuk menengok ke kanan kiri melihati bangunan-bangunan yang mungkin akan jadi penanda wilayah. Mulai dari UAJ, Balaikota, bahkan beberapa café cantik yang pasti masuk ke daftar keinginan Juni.
"Lo gatau daerah sini?" celetuk Bobby.
"Enggak."
"Serius?"
"Iya. Soalnya jalannya mirip-mirip, makanya gue bingung."
Awalnya Juni menganggap jalan-jalan malam ini akan jadi salah satu hal yang disesali karena memakan waktu tidurnya secara percuma dan tentu harus dihindari jika terjadi lagi. Tapi kayaknya nggak bisa deh.
Juni yang sejak awal memang jatuh cinta dengan temaram lampu jalanan, kini tambah dengan jatuh cinta pada Jogja dinihari. Jogja dinihari yang ramah dengan cahaya temaram. Jogja dinihari yang tenang tanpa riuh rendah keramaian manusia maupun knalpot kendaraan, juga asap polusi dan panas matahari yang menyengat.
Mungkin Juni perlu berterima kasih ke Bobby karena mengenalkannya pada jalanan asing dari sudut kota Jogja.
"Kalo gitu traktir bakso tusuk pojok kopma dongs."
Okay,sepertinya Juni harus menarik niatnya untuk berterima kasih ke Bobby.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobby, Juni dan Jogja
FanfictionJogja menjadi istimewa buat kamu yang memiliki keeratan kenangan di sana. "Semanis apapun kenanganmu jangan minum teh botol, karena akan tetap pahit jika hanya mampu kau kenang," -Bobby. [potongan kisah-kisah tolol antara Bobby dan Juni di Jogja]