Masih lanjutan pantai kemarin ya :)
***Motor vario abu-abu yang mereka kendarai, yang kata Bobby namanya Ovan, melenggang santai melewati TPR yang sepi dan hanya menunjukkan seorang petugas yang meringkuk tidur di atas bangkunya. Motor mereka pun menanjak memasuki area pantai dengan gapura bertuliskan "Pantai Parangtritis Baru".
"Bukannya masih lurus ya?"
"Ya kalo masih lurus, yang ada lo jadi benci laut malam saking riuhnya."
Bobby memarkirkan motornya dengan aman dan menenteng 2 matras single yang berhasil ia temukan di kontrakan tadi. Bobby berjalan lurus menuju pantai melewati kolam renang buatan warga dari terpal biru. Ia perlahan menuruni bagian pasir yang curam seolah hafal medan yang ada.
"Tiati," ucapnya singkat sembari mengulurkan tangannya pada Juni.
Juni tak menjawab. Ia hanya menerima uluran tangan Bobby dan fokus menuruni lereng curam itu.
Mereka sampai pada tempat yang cukup datar untuk digelari matras dan mendudukkan diri. Dua matras tersebut tergelar dan Bobby mulai membuka tasnya yang menggembung, mengeluarkan berbagai snack hasil rampasan dari kulkas kontrakan.
"Banyak amat Pak, mau ngasong?" goda Juni.
Bobby hanya tertawa dan sibuk membuka Lays rasa rumput laut yang menjadi kesukaan Juni. Sementara Juni meluruskan punggungnya dan memandangi langit yang penuh dengan bintang. Matanya yang tadi takjub pada garis-garis ujung ombak yang putih terkena sinar bulan sabit yang mengantung di atas, kini ia kembali takjub pada langit berbintang dan bulan yang terasa lebih jernih daripada di jalan tadi.
Juni memejamkan matanya sebentar. Ia membiarkan seluruh gemuruh laut masuk dan mengisi dirinya. Tangannya kaku karena udara dingin tapi ia tak menggigil.
"Jangan molor lo, kalo gak gue cemplungin ke air loh!" ucap Bobby di tengah-tengah renyah keriuk kunyahannya.
"Hmm." jawab singkat Juni seolah tak ingin diganggu oleh ucapan-ucapan Bobby.
Mereka saling diam hingga hasil dari Bobby mengotak-atik ponsel menjadi pengisi jeda di antara mereka. Sebuah lagu tanpa judul terputar dan menjadi teman alunan gemuruh ombak. Juni yang sebelumnya tiduran pun segera bangkit dan mendudukkan dirinya.
"Tau gak? Tadi aku mikir hal aneh."
"Emangnya kapan kamu nggak mikir hal aneh?" candaan Bobby, Juni acuhkan. Mereka sudah terlalu saling tahu soal keanehan masing-masing setelah 5 bulan saling kenal dan mulai berani melemparkan umpatan.
Juni bicara dengan serius dan perlahan, "Gue mikir kalo misal ditemukan mayat cewek yang ngambang di bendungan yang terang tadi. Rambutnya yang panjang timbul tenggelam dibawa riak air sungai dan terhenti di pembatas bendungan. Mayat yang nggak lulus pembatas bendungan hanya berputar-putar di sana. Dari permukaan yang keliat cuman rambut panjang yang terurai oleh air."
"Lo lagi bikin cerita thriler?"
"Gatau. Liat aja nanti pagi, ada mayatnya atau enggak." ucap Juni sembari beranjak dari duduknya dan berjalan pelan mendekati bibir pantai.
Ia hanya berdiri dan menantikan ujung ombak menyentuh kaki-kakinya. Namun tak ada yang berhasil menyentuhnya. Ia masih terlalu jauh. Ia jelas enggan berjalan lebih jauh demi air laut yang dingin memilih tetap diam berdiri. Ia harap matahari segera hadir sehingga ia bisa melihat semburat jingga dan merah jambu di langit.
Juni tersenyum simpul dan kembali ke tempat dimana Bobby masih asik dengan snacknya. Pantatnya baru saja menempel pada matras saat Bobby berucap,"Gimana udah jatuh cinta belum sama laut malam?"
Lagi-lagi Juni mengacuhkannya dan memilih merebut snack yang ada dalam pangkuan Bobby. Bobby melanjutkan, "Atau malah jatuh cinta sama gue?"
Juni sudah kebal dengan tingkah Bobby yang sebenarnya senior di kampusnya ini. Bukan hanya candaan dan kegilaannya tapi termasuk juga semua kata-kata manis yang kini sudah masuk dalam list kegilaannya. Semua itu Juni tahu setelah hampir satu semester ia mengenal Bobby dan menjadi akrab seperti sekarang ini. Itu pula alasan mengapa Juni dengan jenaka menjawab,"I choose the first one."
Bobby dan Juni tertawa geli. Mereka menanti matahari terbit yang jelas tak akan nampak jelas dengan candaan-candaan di antara playlist lagu-lagu Bobby yang belum direalease resmi.
tbc
vote and comment 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobby, Juni dan Jogja
FanfictionJogja menjadi istimewa buat kamu yang memiliki keeratan kenangan di sana. "Semanis apapun kenanganmu jangan minum teh botol, karena akan tetap pahit jika hanya mampu kau kenang," -Bobby. [potongan kisah-kisah tolol antara Bobby dan Juni di Jogja]