Kedekatan Bobby dan Juni sebenarnya sudah menjadi makanan sehari-hari warga fakultas. Sebab kedekatan mereka berlangsung tak hanya selama beberapa bulan, tetapi hampir memasuki 2 semester. Kedekatan mereka ini membuat orang-orang kerap berasumsi aneh-aneh.
Asumsi kalau mereka pacaran, sudah ditepis dengan garang oleh Juni. Apalagi kalau yang nanya June atau Johan. Pasti disembur itu orang, dan berakhir dengan tubir. Diemnya nanti kalo udah sama-sama mabok.
Dan asumsi terakhir dan tak bisa ditepis adalah "Ada Bobby, ada Juni". Ya semacam paket hemat super lengkap, ada yang bego ada pula yang bacot. Makanya orang-orang yang nyariin Bobby bakalan nanya ke Juni, dan begitulah sebaliknya.
Nggak jarang Juni sebel banget karena dalam sehari, intensitas orang yang nanyain keberadaan Bobby nggak cuman 3, tapi nyampe 10 orang. Alhasil dari orang ke 5 sampai 10, Juni mencak-mencak dan nyuruh mereka ngchat atau nelpon sendiri.
Namun kasus kali ini lain, karena Bobby yang menghilang peredarannya dari sekitar Juni. Agaknya ini mirip dengan fase patah hati Juni beberapa waktu lalu, karena Juni menjauhi Bobby sesaat dan memilih jalan sama Jennie dan Lisa. Orang-orang jelas mulai bertanya dimana keberadaan Bobby.
"Jun! Tau Bobby nggak?" tanya Kokoh.
"Lah mana gue tau? Emang gue emaknya apa?"
"Galak amat si Neng. Biasanya juga lo berdua nempel kayak permen karet kena rambut."
Juni melenggang pergi. Dia males ngadepin kating sipitnya satu itu. Daripada berakhir tubir kan ya, mending nyamperin Lisa sama Jennie di pendopo.
"Loh? Tumben nggak sama si Babi?" tanya Jennie.
"Ga cape apa kalian nanyain Babi ke gue?"
"Kan emang kalian sepaket."
"Gatau ah. Moksa kali ah," jawab Juni asal.
"Moksa apaan?" tanya Lisa.
"Baca Bilangan Fu makanya." cibir Jennie.
Menghilangnya Bobby dari sekitar Juni membuat Juni sempat bertanya-tanya. Sebenarnya memang tak sepenuhnya menghilang, hanya tiap ajakan yang Juni tawarkan selalu mental dan berakhir nihil.
Singkatnya, tak ada keliling malam, pantai dinihari, atau senja-senja dadakan yang biasanya hasil ngidenya Bobby. Tawaran makan pun juga tak ada, padahal Bobby yang kaum gabut selalu nggak pernah absen dari tawaran makan, apalagi gratis.
Ah ya sudahlah, lagian dengan begini, Juni jadi memiliki lebih banyak waktu me time dan hangout bareng kawan-kawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobby, Juni dan Jogja
Fiksi PenggemarJogja menjadi istimewa buat kamu yang memiliki keeratan kenangan di sana. "Semanis apapun kenanganmu jangan minum teh botol, karena akan tetap pahit jika hanya mampu kau kenang," -Bobby. [potongan kisah-kisah tolol antara Bobby dan Juni di Jogja]