"Bob," panggil Juni.
Mereka sedang duduk di salah satu burjoan dengan dua piring yang sudah tandas dan menyisakan minum masing-masing. Langit malam itu terang dari awan yang memantulkan cahaya lampu kota. Sementara di luar, orang-orang berseliweran mencari pengisi perut.
"Hm"
"Lo gaada niatan nembak Mbak Gina apa?"
Yang ditanya malah makin fokus memainkan game di ponselnya. Juni masih diam dan menanti jawaban Bobby.
Kalau kalian kira Juni tak tahu soal gebetan Bobby atau Bobby sengaja menyembunyikannya dari Juni, itu jelas salah. Karena yang memberitahu Juni soal berubahnya status Kak Nanda pun juga Bobby. Memang tak jarang, mereka saling bertukar cerita soal gebetan masing-masing. Mereka sangat terbuka soal itu dan memahami satu sama lain, ya bisa dibilang sekadar garis batas untuk masing-masing.
"Ntar lah. Gue masih nyaman gini," jawabnya tanpa mengalihkan perhatian dari ponsel.
"Lah? Napa? Kasian loh anak gadis orang lo gantungin macem jemuran." ucap Juni sesuai dengan realita yang sempat ia alami.
Bobby tak menjawab. Ia masih fokus mabar. Pasti mabar sama Chandra nih, batin Juni.
Tak lama setelahnya, ponsel Bobby bergetar tak henti.
"Anjing! Ngelag!"
Juni hanya memandanginya sambil menyeruput es susu putih.
"Bangsat!"
Bobby masih terus mengumpat, sebab getaran dari ponselnya datang lagi.
"Halo? Kenapa Gi?"
"Hah?"
"Oh gue lagi makan."
"Iya, abis ini gue ke situ ya."
Dengan raut pasrahnya, ia bersandar pada tembok. Ia pasrah karena setelah ini pasti akan dihabisi Chandra karena rank-nya pasti turun. Ia menghabiskan minumnya dalam sekali teguk dan beranjak.
"Ayok! Gue anter balik."
"Dari Mbak Gina ya?"
"Hooh. Minta dianter ke Mutiara," jawab Bobby asal.
Meski tak menunjukkan kekesalannya lewat nada suaranya, tetapi Juni cukup paham jika Bobby sebenarnya merasa sebal. Ia fokus memakai helm dan menyalakan Ovan.
"Yah namanya juga cewek. Pasti juga akan ada di fase posesif dan nggak mau ditinggal," timpal Juni berusaha mengurangi rasa dongkol yang Bobby sembunyikan rapat-rapat.
"Gue kira lo mau bilang, belom jadi pacar aja udah ngrepotin wkwk" ucap Bobby dengan nada kelakar.
"Ya ngapain bilang begitu, toh gaada yang tau juga kalo-kalo gue punya pacar nanti juga bakal seposesif dia." jawab Juni santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobby, Juni dan Jogja
Fiksi PenggemarJogja menjadi istimewa buat kamu yang memiliki keeratan kenangan di sana. "Semanis apapun kenanganmu jangan minum teh botol, karena akan tetap pahit jika hanya mampu kau kenang," -Bobby. [potongan kisah-kisah tolol antara Bobby dan Juni di Jogja]